REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) terus memperingatkan pemerintah Suriah dan Rusia menghentikan serangan udara ke barat laut Suriah. Depertemen Luar Negeri AS yakin serangan udara itu peningkatan kekerasan yang gegabah.
Serangan udara pemerintah Suriah yang didukung Rusia fokus di sebelah selatan provinsi Idlib dan di dekat sebagai provinsi Hama. Tindakan itu memaksa 250 ribu orang mengungsi. Lembaga medis independen Union of Medical Care and Relief Organizations-USA (UOSSM USA) mengatakan ada 229 sipil tewas dan 727 terluka dalam serangan udara itu.
"Serangan tanpa pandang bulu ke rakyat sipil dan infrastruktur publik seperti sekolah, pasar dan rumah sakit adalah peningkatan kekerasan yang ceroboh dan tidak dapat diterima," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Morgan Ortagus, Rabu (29/5).
Pada pekan lalu ratusan anggota Kongres AS menandatangani surat yang meminta Presiden Donald Trump agar AS tetap terlibat dalam konflik di Suriah. Dalam surat itu mereka mengatakan sangat prihatin dengan kelompok eksteremis di sana.
"Kekerasan harus segera berakhir," kata Ortagus.
Sejak Desember lalu banyak anggota legislatif baik dari oposisi Partai Demokrat maupun Partai Republik yang mengusung Trump mengungkapkan kekhawatiran mereka atas kebijakan Trump di Suriah. Trump memutuskan menarik 2.000 pasukan AS dari negara itu. Tapi akhirnya Trump setuju mempertahankan sedikit pasukan untuk membantu Suriah menekan ISIS.