REPUBLIKA.CO.ID, MEKKAH — Para pemimpin negara yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI) menegaskan dukungan mereka untuk perjuangan Palestina. Dukungan tersebut disampaikan dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) yang berlangsung di Mekkah, Arab Saudi pada Jumat (31/5).
Dalam KTT OKI di Mekkah, salah satu fokus pembicaraan adalah mengenai ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran. Namun, tak lupa mengenai perjuangan Palestina, serta kecaman terhadap AS karena langkah yang dibuat oleh negara itu untuk memindahkan kedutaan besar di Israel dari Tel Aviv ke Yerusalem.
Tak hanya itu, AS juga dikecam atas langkah mengakui kedaulatan Israel atas Dataran Tinggi Golan. Dalam KTT OKI, banyak pemimpin yang mendesak agar anggota organisasi tersebut melakukan boikot terhadap negara-negara yang membuka misi diplomatik untuk Israel di Yerusalem.
Sebelumnya, menantu sekaligus penasihat Presiden AS Donald Trump, Jared Kushner hendak meluncurkan aspek-aspek ekonomi dalam rencana perdamaian antara Palestina dan Israel. Namun, rencana yang disebut sebagai ‘kesepakatan abad ini’ tersebut, yang akan dibahas dalam sebuah konferensi damai di Bahrain bulan depan telah ditolak oleh Palestina.
Dalam sebuah pernyataan, Palestina mengatakan bahwa kebijakan presiden AS secara jelas mendukung Israel, termasuk diantaranya adalah dengan mengakui Yerusalem sebagai Ibu Kota Israel. Otoritas Palestina mengatakan tak akan menghadiri pertemuan di Ibu Kota Manama, Bahrain.
“Potensi penuh ekonomi Palestina hanya dapat dicapai dengan mengakhiri pendudukan Israel dan dihormatinya hukum internasional serta resolusi PBB,” ujar pernyataan pejabat senior Palestina Saeb Erekat pada 24 Mei lalu.
JAKARTA Sementara, dalam pembahasan mengenai Iran, setidaknya 57 negara anggota OKI mendukung Arab Saudi. Dalam KTT, Raja Salman mengatakan bahwa serangan ‘teroris’ yang terjadi di lepas pantai Uni Emirat Arab awal Mei lalu serta pesawat tak berawak yang menargetkan jalur pipa minyak utama negaranya.
“Kami mengkonfirmasi bahwa tindakan teroris tidak hanya menargetkan kerajaan dan wilayah Teluk, tetapi juga menargetkan keselamatan navigasi dan pasokan minyak dunia," kata raja kepada negara-negara anggota OKI.
Sekretaris Jenderal OKI, Yousef bin Ahmed Al Othaimeen juga mengatakan serangan tersebut telah mengganggu keamanan Kerajaan Arab Saudi. Ia juga menegaskan bahwa insiden tersebut secara efektif merusak keamanan dunia Arab dan Islam.
Sebuah komunike yang dikeluarkan setelah KTT OKI juga menekankan perlunya negara-negara anggota untuk menutup barisan terhadap organisasi-organisasi teroris. Mereka telah diminta untuk memberlakukan hukum dan kontrol untuk melawan terorisme.
Deklarasi tersebut juga menolak upaya untuk menghubungkan terorisme dengan kebangsaan, peradaban atau agama. Termasuk pemberian dukungan kepada kelompok atau organisasi yang menghasut kekerasan, ekstremisme, dan terorisme.