REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Militer Israel menyatakan pesawatnya menyerang sasaran tentara Suriah pada Ahad (2/6), ini dilakukan setelah roket ditembakkan di Dataran Tinggi Golan. Media pemerintah Suriah menyatakan tiga tentara tewas dalam kobaran api kedua dalam sepekan.
"Kami tidak akan mentolerir tembakan apa pun ke wilayah kami, dan kami akan menanggapi dengan kekuatan besar terhadap segala agresi terhadap kami," kata Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu dalam sebuah pernyataan.
Televisi Suriah melaporkan ledakan besar di dekat Damaskus terjadi sebelum fajar, dan pertahanan udara telah menghadapi musuh. Militer Israel menyatakan hal itu menyerang artileri Suriah, dan pertahanan udara sebagai pembalasan atas penembakan dua roket Sabtu (1/6) di Dataran Tinggi Golan, yang diduduki Israel.
Seorang juru bicara militer Israel mengatakan masih belum jelas siapa yang menembakkan roket itu. Akan tetapi tentara Suriah bertanggung jawab atas setiap serangan yang diluncurkan dari wilayah Suriah.
Pada Senin, militer Israel mengatakan pihaknya menyerang posisi anti-aircraft Suriah yang menembaki salah satu pesawat tempurnya. Media pemerintah Suriah mengatakan seorang tentara tewas dalam insiden itu.
Dalam beberapa tahun terakhir, Israel telah melakukan ratusan serangan di Suriah terhadap musuh bebuyutan regionalnya Iran dan kelompok Hizbullah Libanon. Mereka menyebutnya sebagai ancaman terbesar bagi perbatasannya.
Iran dan Hizbullah bertempur di pihak Presiden Bashar al-Assad dalam perang Suriah. Israel mengatakan mereka berusaha mengubah Suriah menjadi front baru melawan Israel.
Suriah kehilangan Dataran Tinggi Golan ke Israel dalam perang Timur Tengah 1967. Kemudian Israel mencaplok wilayah yang direbut itu dalam tindakan yang tidak diakui oleh sebagian besar komunitas internasional, kecuali Amerika Serikat (AS). Presiden AS, Donald Trump juga mengumumkan pengakuan Amerika untuk kedaulatan Israel atas Golan pada Maret.
Gedung Putih menyatakan pada Rabu bahwa penasihat keamanan nasional John Bolton, rekan-rekan Israel ,dan Rusia akan bertemu di Yerusalem bulan ini untuk membahas masalah keamanan regional. Sementara Rusia melakukan intervensi militer dalam perang Suriah atas nama Assad pada 2015, yang mengubah gelombang perang.