Senin 03 Jun 2019 05:01 WIB

AS Siap Negosiasi, Iran: Permainan Kata-Kata Belaka

Iran takkan terpengaruh permainan kata dan agenda tersembunyi Amerika Serikat.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo di Washington.
Foto: AP Photo/Sait Serkan Gurbuz
Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo di Washington.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo mengatakan, AS siap untuk melakukan negosiasi dengan Iran tanpa adanya syarat apa pun. Hal itu dikatakan Pompeo di Swiss di sela-sela konferensi pers bersama Menlu Swiss Ignazio Cassis, Ahad (2/5) waktu setempat.

Pompeo meminta Teheran menghabiskan sumber dayanya untuk memenuhi kebutuhan dasarnya terlebih dulu. Pompeo mengatakan, perlu melihat Iran berperilaku seperti halnya 'negara normal'. "Kami siap untuk terlibat dalam percakapan tanpa prasyarat. Kami siap duduk," kata Pompeo. 

Baca Juga

Presiden AS Donald Trump juga telah lama bersedia berbicara dengan Iran. "Kami tentu siap untuk melakukan percakapan itu ketika Iran dapat membuktikan bahwa mereka ingin berperilaku seperti negara normal," kata Pompeo.

Menanggapi hal itu, Iran mengatakan, tawaran Pompeo adalah permainan kata-kata belaka. Iran pun meminta AS melakukan tindakan nyata.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi mengatakan, Republik Islam Iran tidak akan terpengaruh permainan kata dan agenda tersembunyi dalam bentuk baru seperti itu. Satu hal yang penting, kata dia adalah perubahan pendekatan umum AS dan perilaku aktual terhadap bangsa Iran. 

"Penekanan Pompeo pada kelanjutan tekanan maksimum ke Iran adalah kebijakan salah lama yang sama yang membutuhkan reformasi," kata Mousavi seperti dikutip oleh kantor berita Mehr.

Presiden Iran Hassan Rouhani sebelumnya juga mengatakan bersedia melakukan pembicaraan dengan AS jika AS mencabut sanksinya dan menjalankan komitmennya.

Trump mengatakan harapannya bernegosiasi dengan Iran. Namun, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan pada pekan lalu, Teheran tidak akan bernegosiasi dengan Washington, bahkan setelah Rouhani sudah mengisyaratkan ingin melakukan pembicaraan.

Ketegangan antara Iran dan AS semakin memanas sejak 2017, ketika Presiden AS Donald Trump menarik negaranya dari perjanjian nuklir antara Teheran dan kelompok negara-negara P5 +1 (lima anggota tetap Dewan Keamanan PBB plus Jerman). Sejak itu, pemerintahan Trump juga telah menjatuhkan sanksi pada perbankan dan sektor energi Iran, sementara Iran telah mengancam untuk menutup Selat Hormuz yang strategis dalam pengiriman minyak AS.

Menlu Swiss Ignazio Cassis menyuarakan keprihatinan di mana warga Iran menderita akibat dampak sanksi. Ia mengatakan, Swiss yang memiliki sikap netral ingin memberikan bantuan kemanusiaan, terutama produk farmasi dan bahan makanan ke Iran.

Dia mengatakan, Iran perlu melakukan pembayaran untuk ini. Sehingga hanya mungkin jika AS mengizinkan bank untuk mentransfer pembayaran. Cassis yakin AS akan melakukan solusi terbaik untuk masalah dengan Iran dalam waktu singkat.

Menyoal aktivitas nuklir Iran, Iran mengatakan tetap berada dalam batasan utama kesepakatan nuklir 2015. Hal itu dilaporkan berdasarkan laporan triwulan oleh pengawas atom AS pada saat Teheran mengancam untuk melanggar peraturan dalam menanggai sanksi baru AS.

Pompeo menolak mengomentari laporan terbaru Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Dia mengatakan, Washington tengah melacak temuan IAEA. "Kami juga memiliki pemahaman independen kami sendiri tentang apa yang terjadi di sana," kata Pompeo.

Pompeo mengatakan, dunia harus sadar bahwa semua pihak memperhatikan dengan saksama bagaimana Iran mematuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Tidak hanya masalah air yang berat, tetapi jumlah uranium yang diperkaya tinggi yang mereka kumpulkan.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement