Rabu 05 Jun 2019 22:59 WIB

Trump Sebut Iran Negara Teroris Nomor Satu di Dunia

Trump juga menolak menarik mundur pasukan militer AS.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Israr Itah
Presiden Donald Trump.
Foto: Manuel Balce Ceneta/AP Photo
Presiden Donald Trump.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden AS Donald Trump menyebut Iran sebagai negara teroris nomor satu di dunia. Trump juga menolak menarik mundur pasukan militer AS dan akan terus melancarkan serangan terhadap Iran. 

"Apakah saya mau? Tidak. Saya lebih suka tidak. Tetapi selalu ada kesempatan. Sejujurnya aku lebih suka bicara (negosiasi)" kata Trump saat melakukan kunjungan ke Inggris, Rabu (5/6)

Gesekan antara Amerika Serikat dan Iran telah meningkat dalam beberapa pekan terakhir, setelah lebih dari setahun hubungan keduanya merenggang. Perpecahan ini diawali keputusan Trump pada Mei 2017 lalu untuk menarik diri dari kesepakatan nuklir, dimana Iran telah setuju untuk mengurangi program nuklirnya dengan imbilan pencabutan ekonomi pada 2015 silam. 

Sejak menarik diri dari kesepakatan nuklir tersebut, Amerika juga meluncurkan kebijakan tekanan maksimum terhadap Iran. Sebagai bagian dari itu, administrasi Trump memberlakukan kembali sanksi hukuman dan bergerak untuk memotong ekspor minyak negara itu menjadi nol, mengirim ekonominya jatuh bebas.

AS juga memasukkan daftar hitam Korps Pengawal Revolusi Iran sebagai kelompok teroris, dan mendorong tanggapan langsung dari Teheran. Bulan lalu, Washington memperkuat kehadiran militernya di Teluk dalam untuk mengantisipasi ancaman dan serangan. Sejak itu, perang antara kedua negara ini terus meningkat.

"Jadi, Iran adalah tempat yang sangat bermusuhan ketika saya pertama kali menjabat. Mereka adalah negara teroris nomor satu di dunia pada waktu itu, dan mungkin hingga hari ini," kata Trump dalam sebuah wawancara seperti dilaporkan Aljazirah, Rabu (5/6). 

Di sisi lain, Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengatakan bahwa Teheran akan terus menolak tekanan ekonomi dan politik AS. "Berdiri dan menolak tuntutan berlebihan musuh dan intimidasi adalah satu-satunya cara untuk menghentikannya," kata Khamenei.

Iran telah membatalkan beberapa komitmennya di bawah kesepakatan nuklir dan mengancam akan membatalkan lebih banyak perjanjian jika tidak menerima bantuan sanksi. Iran juga menolak untuk bertemu dengan pejabat Amerika untuk negosiasi sampai Washington kembali ke perjanjian.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement