Jumat 07 Jun 2019 18:19 WIB

Cegah Arus Migran, Meksiko Kerahkan Pasukan ke Perbatasan

Sebanyak 6.000 pasukan diarahkan ke perbatasan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Dwi Murdaningsih
Migran dari Amerika Tengah, bagian dari karavan yang berharap mencapai perbatasan AS, bergerak di jalan di Tapachula, Negara Bagian Chiapas, Meksiko, 28 Maret 2019.
Foto: AP Photo/Isabel Mateos
Migran dari Amerika Tengah, bagian dari karavan yang berharap mencapai perbatasan AS, bergerak di jalan di Tapachula, Negara Bagian Chiapas, Meksiko, 28 Maret 2019.

REPUBLIKA.CO.ID, KOTA MEKSIKO -- Pemerintah Meksiko akan mengerahkan pasukan ke wilayah perbatasannya dengan Guatemala. Hal itu dilakukan untuk membendung arus migrasi dari Amerika Tangah yang telah memicu kemarahan Presiden AS Donald Trump.

"Kami telah menjelaskan bahwa ada 6.000 orang dan bahwa mereka akan dikerahkan di sana," kata Menteri Luar Negeri Meksiko Marcelo Ebrard pada Kamis (6/6).

Baca Juga

Dia mengungkapkan pembicaraan tentang arus migrasi dilanjutkan pada Jumat (7/6). Pekan lalu, Trump mengancam akan memberlakukan tarif impor sebesar lima persen terhadap produk-produk Meksiko.

Tarif tersebut hendak diterapkan pada 10 Juni jika Meksiko tak mengambil tindakan untuk menghentikan arus migrasi Amerika Tengah yang melewati wilayahnya. Pejabat AS dan Meksiko telah bertemu untuk membahas hal tersebut, tapi belum membuahkan kesepakatan.

Direktur Prakarsa Keamanan Meksiko di Strauss Center di University of Texas, Stephanie Lautert menilai, pada awalnya Meksiko memang enggan mencampur masalah perdagangan dan migrasi dalam berurusan dengan AS. Namun pemerintahan Trump berupaya mendorong Meksiko melakukan hal lebih guna menangani masalah tersebut.

"Mereka ingin Meksiko menghentikan para migran dengan segala cara yang mungkin. Sepertinya mereka ingin mengalihdayakan penegakkan hukum dan pemrosesan suaka," kata Lautert, dikutip laman the Guardian.

Angka yang dirilis pekan ini menunjukkan penangkapan di perbatasan AS-Meksiko mencapai tingkat tertinggi dalam satu dekade terakhir.

sumber : reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement