REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif mengatakan bahwa negaranya tak berupaya mengembangkan senjata nuklir. Program rudal Iran, Zarif, tak akan dilengkapi dengan senjata semacam itu.
"Rudal kami tak 'dirancang' untuk nuklir, yang tidak kami kembangkan," kata Zarif melalui akun Twitter pribadinya pada Jumat (7/6), dikutip laman Iran Front Page.
Pernyataan Zarif merupakan sanggahan atas komentar Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Mike Pompeo. Dalam sebuah wawancara dengan the Washington Post pekan lalu, Pompeo menyebut bahwa Teheran mengembangkan senjata nuklir dalam program rudalnya.
Pompeo menilai hal itu melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB 2231 yang mengesahkan kesepakatan nuklir tahun 2015 atau dikenal dengan istilah Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA). Zarif berpendapat, AS adalah pihak yang tak mematuhi resolusi tersebut.
"AS, yang melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB 2231 dalam menarik diri dari JCPOA ," ujar Zarif.
Zarif justru menyindir penjualan senjata AS kepada Arab Saudi yang digunakan untuk perang Yaman.
Pada Kamis lalu, Presiden AS Donald Trump dan Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan akan mencegah Iran memperoleh senjata nuklir. Macron mendaftarkan empat prioritas umum AS dan Prancis dalam menyikapi perilaku Iran.
Prioritas itu antara lain mencegah Iran mendapatkan senjata nuklir, mengurangi aktivitas rudal balistik Iran, memuat aktivitas regional Iran, dan membangun perdamaian di kawasan tersebut.
Namun juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi menolak seruan Prancis untuk menggelar pembicaraan internasional mengenai kesepakatan nuklir.
“Dalam keadaan ini, berbicara tentang masalah di luar kesepakatan akan menyebabkan ketidakpercayaan lebih lanjut di antara para penandatangan kesepakatan yang tersisa,” katanya.