REPUBLIKA.CO.ID, ISTANBUL -- Kementerian Pertahanan Turki mengatakan pada Sabtu (8/6) menyatakan, telah 'menetralisir' 43 anggota Partai Buruh Kurdistan (PKK) yang terlarang. Netralisir adalah sebuah istilah yang biasa digunakan untuk merujuk pada kematian, tetapi juga untuk mereka yang terluka atau ditangkap.
Militer Turki meluncurkan apa yang dijuluki "Operasi Cakar" di wilayah Hakurk, Irak bagian utara pada 27 Juni dengan serangan artileri dan udara diikuti oleh operasi oleh brigade komando. Ankara menyatakan, operasi itu bertujuan untuk menghancurkan tempat-tempat perlindungan dan gua-gua yang digunakan oleh PKK dan "menetralisir" para anggotanya.
"43 teroris PKK telah dinetralkan sebagai bagian dari Operasi Claw, yang telah berhasil berlanjut selama 13 hari di wilayah Hakurk di Irak utara," kata kementerian itu dalam sebuah pernyataan, Ahad (9/6).
Diyatakan, 53 ranjau dan alat peledak improvisasi telah dihancurkan, 74 gua dan tempat penampungan yang digunakan oleh PKK tidak dapat digunakan lagi. Kemudian, mereka juga telah menyita senjata dan amunisi milik militan.
Menteri Pertahanan Turki Hulusi Akar mengatakan, operasi akan berlanjut di wilayah itu sampai "teroris terakhir dinetralkan". Pemberontakan PKK di Turki terutama Kurdi tenggara dimulai pada 1984 dan lebih dari 40 ribu orang telah tewas dalam konflik. Itu ditetapkan sebagai kelompok teroris oleh Ankara, Uni Eropa dan Amerika Serikat.
Partai Demokrat Rakyat Turki (HDP) yang pro-Kurdi yang terbesar ketiga di parlemen mengatakan operasi semacam itu menciptakan krisis dan puluhan operasi serupa di masa lalu belum menghasilkan solusi. Secara terpisah, dua anggota PKK, salah satunya ada dalam daftar orang yang dicari di Turki, "dinetralkan" di provinsi Diyarbakir, Turki tenggara, serta lima lainnya di provinsi Tunceli timur, kata Kementerian Dalam Negeri.
Ambisi Erdogan Menaklukkan Kurdi