REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Lebih setengah juta orang di Hong Kong pada Ahad malam (9/6) turun ke jalan guna memprotes hukum ekstradisi yang diusulkan dan akan memungkinkan tersangka dikirim di Cina Daratan untuk menghadapi pengadilan.
Penyelenggara protes mengatakan jumlah orang yang turun ke jalan mengalahkan demonstrasi pada 2003, ketika 500.000 orang memenuhi jalan untuk menantang rencana pemerintah bagi hukum keamanan nasional yang lebih keras.
Peraturan itu belakangan dibekukan dan seorang pejabat pemerintah dipaksa mundur. Demonstrasi pada Ahad sudah meningkatkan tekanan atas Kepala Eksekutif Pemerintah Hong kong Carrie Lam dan pendukung resmi wanita pejabat tersebut di Beijing.
”Ia harus menarik rancangan peraturan itu dan meletakkan jabatan," kata anggota senior Partai Demokrat James To kepada massa di markas pemerintah dan Parlemen kota tersebut pada Ahad malam, sebagaimana dilaporkan Reuters di Jakarta, Senin pagi.
"Seluruh Hong Kong menentang dia," katanya.
Setelah To berbicara, ribuan orang masih berdatangan, setelah memulai pawai lima jam sebelumnya, sehingga memenuhi jalan utama. Sebagian pengunjuk-rasa duduk di satu taman yang berdekatan sambil menyanyi, sementara polisi menambah jumlah mereka di sekitar daerah tersebut.Lam belum mengomentari pawai terbuka itu.
Demonstrasi mencapai puncak beberapa pekan kemarahan yang meningkat di dalam masyarakat pengusaha, diplomatik dan hukum. Mereka khawatir otonomi hukum Hong Kong digerogoti dan kesulitan muncul untuk memperoleh jaminan perlindungan hukum dasar di Cina Daratan.
Protes tersebut berubah menjadi kerusuhan pada Senin dini hari waktu setempat, saat beberapa ratus ribu pemrotes bentrok dengan polisi dalam jumlah yang sama di luar gedung Parlemen.