REPUBLIKA.CO.ID, BANGKOK -- Pemerintah Thailand mendorong masyarakat di negara itu untuk menunjukkan kepedulian terhadap lingkungan. Dalam sebuah pernyataan, kegiatan untuk mendukung penyelesaian masalah polusi dilakukan dan salah satu yang menjadi tujuan utama negara itu adalah dengan mengurangi plastik dan styrofoam yang diharapkan dapat dicapai secara maksimal pada 2022.
Larangan penggunaan seluruh segel tutup plastik diharapkan dapat dicapai pada 2019. Terdapat tiga kelompok kerja untuk mendukung pengelolaan limbah plastik telah dibentuk untuk beroperasi sesuai dengan tujuan menghentikan penggunaan plastik yang tidak perlu, termasuk segel tutup plastik pada botol air minum dan produk apapun yang mengandung plastik serta mikrobeads.
Dalam hampir satu tahun, lima produsen air minum utama telah menghentikan penggunaan segel tutup plastik mulai 1 April 2018. Selama ini, produsen air minum telah menyumbang hingga 80 persen dari penggunaan segel tutup plastik. Seluruhnya akan dihentikan pada akhir 2019.
Food and Drug Administration (FDA) Thailand juga telah mengumumkan larangan produksi, impor, dan penjualan kosmetik yang mengandung mikrobeads. Sedangkan untuk kontrol produk plastik dengan plastik yang dapat didegradasi okso. Badan tersebut dikatakan hendak mempertimbangkan membuat pengumuman tentang larangan mengimpor, memproduksi dan menjual plastik yang dapat terurai okso di bawah hukum yang relevan.
Kemudian, langkah untuk menghentikan penggunaan kantong plastik, kotak sterofoam, gelas plastik dan sedotan plastik pada 2022 menjadi tujuan utama Pemerintah Thailand. Saat ini, hal-hal yang sudah mulai dilakukan adalah menghentikan penggunaan plastik sekali pakai di department store, supermarket dan toko serba ada. Mereka juga diminta menawarkan pon tambahan kepada pelanggan yang menolak mengambil tas plastik saat berbelanja.