Selasa 11 Jun 2019 22:31 WIB

Indonesia Jadi Penyumbang Terbesar Pasukan Perdamaian Dunia

Indonesia berada di peringkat 8 negara penyumbang terbesar pasukan perdamaian dunia.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
 Prajurit TNI yang tergabung dalam Pasukan Penjaga Perdamaian Dunia bersiap memasuki kendaraan taktis di Markas Komando Pasukan Siaga Operasi TNI di Komplek Indonesia Peace and Security Centre (IPSC), Sentul, Bogor, Senin (8/9).  (Antara/Widodo S. Jusuf)
Prajurit TNI yang tergabung dalam Pasukan Penjaga Perdamaian Dunia bersiap memasuki kendaraan taktis di Markas Komando Pasukan Siaga Operasi TNI di Komplek Indonesia Peace and Security Centre (IPSC), Sentul, Bogor, Senin (8/9). (Antara/Widodo S. Jusuf)

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Direktur Keamanan International dan Perlucutan Senjata Kementerian Luar Negeri RI Greta Endah Werdaningtyas mengatakan, Indonesia mengirimkan personel pasukan penjaga perdamaian untuk berkontribusi bagi perdamaian dan keamanan internasional. Indonesia pun masuk peringkat delapan penyumbang pasukan terbanyak.

"Indonesia masuk peringat ke-8 penyumbang pasukan untuk perdamaian sebanyak 2.805 personel, ditambah dengan 107 personel perempuan," ujar Greta di Kemenlu RI, Selasa (11/6).

Baca Juga

Sepuluh negara teratas penyumbang pasukan perdamaian pun berasal dari negara-negara berkembang. Menurut Greta, hal itu disebabkan karena adanya pengorbanan paling besar oleh negara-negara berkembang untuk mendukung perdamaian dunia.

Sementara pada negara-negara maju, kontribusi pemeliharaan perdamaiannya adalah dengan menyumbangkan dana. Saat ini penyumbang dana terbesar bagi pemeliharaan perdamaian dunia adalah Amerika Serikat (AS).

Sepuluh besar negara teratas penyumbang terbanyak personel pemeliharaan perdamaian adalah Ethiopia, Rwanda, Bangladesh, India, Nepal, Pakistan, Mesir, Indonesia, Ghana, dan Senegal.

"Tapi bukan hanya kuantitasnya, kuaitas para personel juga dikedepankan. Mereka dilatih untuk memiliki kemampuan standar dengan kapasitas tinggi. Ini adalah investasi kami yang tak terbeli dan tak nampak," ujar Greta.

Investasi semacam itu apabila tidak disiapkan kemampuannya, Greta menambahkan maka tidak akan mampu mencapai standar. Tidak adanya kemampuan yang standar, tidak adanya kredibilitas personel, tidak hanya memengaruhi misi PBB itu tetapi juga keselamatan personel penjaga perdamaian itu sendiri. 

Oleh karenanya, Indonesia berharap dapat memperoleh kesepahaman dari negara-negara anggota DK dan anggota PBB lainnya untuk meningkatkan kerja sama investasi bersama menyoal pasukan penjaga perdamaian. 

"Bukan hanya dari indonesia saja, melainkan negara-negara lain sebagai kontribusi untuk meningkatkan level dari sisi pasukan penjaga perdamaian," katanya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement