REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dijadwalkan akan bertemu dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei, dan Presiden Iran Hassan Rouhani pekan ini. Pertemuan dilakukan dalam upaya meredakan ketegangan antara Amerika Serikat (AS) dan Iran.
Para ahli menilai langkah Abe disebut langkah berani sebagai seorang pemimpin Jepang. Abe dijadwalkan berangkat dari Tokyo pada Rabu (12/6) waktu setempat. Kunjungan tersebut akan menjadi kunjungan pertama ke Iran bagi PM Jepang dalam 41 tahun.
Tokyo dan Teheran dalam hal ini memiliki hubungan persahabatan dan menandai peringatan ke-90 hubungan diplomatik tahun kedua negara tahun ini. Abe dijadwalkan bertemu Rouhani terlebih dulu pada Rabu, dan kemudian bertemu Khamenei sebelum bertolak kembali ke Tokyo.
"Di tengah meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, kami berencana mendorong Iran, kekuatan regional, untuk bergerak ke arah dalam mengurangi ketegangan pada pertemuan para pemimpin puncak," kata Kepala Sekretaris Kabinet Jepang Yoshihide Suga, yang secara resmi mengumumkan perjalanan Abe, Selasa (11/6).
Suga mengatakan, Abe sebelumnya telah berbicara dengan Presiden AS Donald Trump melalui telepon untuk membahas Iran. Pada kunjungan empat hari ke Jepang bulan lalu, Trump menyambut bantuan Abe dalam kepeduliannya berurusan dengan Iran.
Pakar diplomatik menilai, Abe kini berada dalam posisi yang unik berkat kedekatannya dengan Trump yang dipupuk sejak pemimpin AS berkuasa serta hubungan persahabatan Tokyo dengan Iran. Seorang pakar Jepang Fellow di Wilson Center di Washington Toshihiro Nakayama mengatakan, Abe kini tengah mencoba memainkan peran sebagai pembawa pesan sehingga dapat meredakan ketegangan.
"Ini langkah berani. Saya pikir itu berasal dari kepercayaan dengan hubungan pribadinya dengan Trump," kata Nakayama.
Jepang menginginkan stabilitas di Timur Tengah sebab Jepang kerap mengimpor sebagian besar minyaknya dari kawasan Iran. Jepang berhenti membeli minyak Iran tahun lalu karena sanksi AS.
Kendati demikian, beberapa ahli mengecilkan prospek untuk perjalanan Abe. Mantan diplomat Jepang Kunihiko Miyake menilai tujuan kunjungan Abe ini bukan untuk menengahi. Menurutnya, kunjungan tersebut lebih kepada hubungan bilateral di antara kedua negara.
"Ini pada dasarnya masalah bilateral dan jika ada bisnis tambahan untuk dilakukan, kami akan melakukannya dengan hati-hati," kata Miyake.
Para pakar juga menilai, yang paling mungkin dicapai Abe dalam kunjungannya adalah membujuk Iran dan AS untuk melanjutkan pembicaraan langsung. Kedua pihak mungkin mencari jalan keluar yang menyelamatkan dari konfrontasi.
"Situasi di wilayah ini sangat eksplosif dan sangat serius," kata Menteri Luar Negeri Jerman Heiko Maas di Teheran saat konferensi pers bersama Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, Senin.
Menurutnya, peningkatan berbahaya dari ketegangan yang ada, juga dapat menyebabkan peningkatan militer. Maas adalah pejabat Barat paling senior yang mengunjungi Iran sejak perang kata-kata baru dengan Washington meletus bulan lalu.
Dalam pertemuannya dengan Maas, Presiden Hassan Rouhani menyalahkan AS atas ketegangan yang melonjak. Rouhani pun meminta Eropa menentang perang ekonomi terhadap Iran yang dipaksakan oleh Amerika.