REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Presiden Prancis Emmanuel Macron meminta untuk tidak mengaitkan matinya pohon ek di Gedung Putih sebagai simbol renggangnya hubungan antara Prancis dan Amerika Serikat (AS). Pohon ek yang ia tanam bersama Presiden AS Donald Trump sebagai tanda persahabatan tahun lalu mati.
Macron membantah matinya pohon itu menandakan renggangnya hubungan dengan Trump terkait pendekatan unilateralis Trump terhadap perdagangan, perubahan iklim, dan kesepakatan nuklir dengan Iran. "Kami akan mengirim (pohon) yang lain, itu bukanlah tragedi. Jangan membaca simbol ketika tidak ada (simbol)," ujar Macron kepada jaringan RTS Swiss di sela pertemuan Organisasi Buruh Internasional di Jenewa dilansir The Guardian, Rabu (12/6).
Pohon ek yang berasal dari Belleau Wood di Prancis, tempat 2.000 tentara AS tewas dalam perang Dunia I, telah digali setelah ditanam. Macron mengatakan, pohon kayu ek tersebut dimasukkan ke dalam karantina dengan alasan sanitasi Amerika sehingga pohon yang tidak baik kualitasnya, tidak dapat bertahan.
"Saya akan mengirim pohon ek lain karena saya pikir Marinir AS dan persahabatan untuk kebebasan di antara rakyat kita sangat berharga," ujar Macron.
Kedua pemimpin ditemani istri-istri mereka menanam pohon dalam merayakan hubungan bilateral AS dan Prancis selama kunjungan kenegaraan Macron untuk pertama kalinya pada April 2018. Pohon itu ditanam di halaman selatan Gedung Putih.
Pohon kemudian dimasukkan ke dalam karantina karena khawatir parasit pohon itu dapat menyebar ke manusia atau properti Gedung Putih. Pejabat AS mengonfirmasi pohon itu telah mati sehingga memicu asumsi hal yang sama terjadi dengan hubungan di antara kedua pemimpin.