REPUBLIKA.CO.ID, DUBAI -- Dua kapal tanker minyak diduga telah diserang di Teluk Oman. Semua kru sudah dievakuasi. Armada Kelima Angkatan Laut Amerika Serikat (AS) yang bermarkas di Bahrain membantu mengevakuasi kapal tanker setelah menerima panggilan darurat dan laporan adanya serangan.
Maritime Trade Operations, yang merupakan bagian dari Angkatan Laut Kerajaan Inggris saat ini sedang menyelidiki insiden tersebut. Rincian serangan terhadap dua kapal tanker tersebut belum diungkapkan. Namun, salah satu operator kapal menduga kapal milik mereka ditabrak oleh torpedo. Sementara perusahaan pelayaran lainnya menyatakan, kapal mereka terbakar di Teluk Oman. Sejauh ini belum ada konfirmasi dari pihak berwenang di Oman maupun Uni Emirat Arab.
Teluk Oman terletak di pintu masuk ke Selat Hormuz, yang merupakan jalur strategis utama. Produsen minyak di Timur Tengah membawa minyak melalui selat tersebut. Mereka membawa seperlima dari konsumsi minyak global.
Pada Kamis (13/6), Bernhard Schulte Shipmanagement mengatakan, kapal tanker Kokuka Courageous mengalami kerusakan dalam serangan tersebut. Serangan itu merusak lambung kapal yang sedang dalam perjalanan dari Arab Saudi ke Singapura.
"Kapal itu kini masih terapung dengan aman," ujar Bernhard Schulte Shipmanagement dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, CPC Corporation Taiwan menyatakan kapal tanker Front Altair yang mengangkut 75 ribu ton Nnaptha diduga terkena serangan torpedo sekitar pukul 04.00 waktu setempat. Kapal yang dimiliki Frontline Norwegia tersebut membawa naptha yakni bahan baku petrokimia dari Ruwais di Uni Emirat Arab. Frontline Norwegia mengatakan bahwa kapal mereka terbakar di Teluk Oman.
Data pelacakan kapal Refinitiv Eikon menunjukkan Front Altair, sebuah kapal Aframax, berada di perairan antara Oman dan Iran membawa kargo naphtha untuk pengiriman di Taiwan bulan ini. Sumber itu mengatakan awak kapal dari kedua kapal yang diduga diserang tersebut kini telah dievakuasi dengan aman.
Insiden ini serupa dengan serangan empat kapal tanker yang terjadi pada bulan lalu di wilayah tersebut. Arab Saudi dan Uni Emirat Arab mengatakan, serangan terhadap aset minyak di Teluk menimbulkan risiko terhadap pasokan minyak global dan keamanan regional.