REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Musim panas tahun ini menjadi yang terburuk di India, dengan suhu yang mencapai rekor tertinggi. Setidaknya 36 orang dilaporkan meninggal terkait dengan suhu ekstrem di negara Asia Selatan tersebut.
Selama satu bulan, gelombang panas telah melanda India. Sejumlah kota di wilayah utara negara itu dilaporkan terkena dampak paling berat, dengan mengalami suhu yang sangat tinggi.
Di Ibu Kota New Delhi, suhu dilaporkan mencapai 118 derajat Fahrenheit atau sekitar 48 derajat Celcius. Ini adalah rekor terbaru sepanjang musim panas di India. Sementara, salah satu kota terkenal di negara itu, Rajasthan mengalami suhu panas yang mencapai 120 derajat Fahrenheit atau hampir 49 derajat Celcius.
Terjadinya kematian akibat suhu musim panas ekstrem di India kali ini, para ahli dan aktivis perubahan iklim mendesak pemerintah di seluruh wlayah dan kota di India untuk mengimplementasikan rencana darurat. Di antaranya adalah dengan mengirimkan peringatan melalui pesan teks, serta menyiapkan tempat-tempat pusat pendingin.
"Kota-kota menanggung beban gelombang panas karena mereka padat penduduk dan dampaknya lebih jelas," ujar salah satu anggota yang membantu mengembangkan rencana aksi tanggap gelombang panas di India, Sayantan Sarkar dilansir New York Post, Sabtu (15/6).
Meski demikian, Sarkar mengatakan tidak semua kota di India memiliki kapasitas untuk mengimplementasikan langkah-langkah yang diperlukan. Hal itu juga diperburuk dengan kurangnya catatan medis yang komprehensif, sehingga lebih sulit menargetkan kelompok yang rentan terkena dampak.
“Kurangnya catatan medis yang komprehensif membuat lebih sulit untuk menargetkan kelompok rentan seperti para tunawisma dan pekerja migran,” kata Sarkar menambahkan.
Gelombang panas kerap melanda India mulai April hingga Juni setiap tahunnya. Biasanya, hal ini berhenti saat negara itu mulai memasuki musim hujan.