REPUBLIKA.CO.ID, SAN FRANSISCO -- Boeing mengatakan telah menandatangani surat perjanjian dengan grup maskapai penerbangan International Airlines Group (IAG) untuk menjual 200 pesawat 737 MAX, Selasa (18/6). Pesanan tersebut merupakan pesanan pertama sejak model jet yang sekarang terkenal itu dilarang terbang secara global pada Maret.
Pabrikan pesawat terkemuka AS mengumumkan penandatanganan dokumen dengan IAG, pemilik British Airways, di Paris Air Show yang sedang berlangsung. Pembelian juga akan mencakup jet 737 MAX 10 yang lebih besar.
Kesepakatan baru itu dipandang sebagai dorongan untuk upaya Boeing meraih kembali kepercayaan pelanggan di jet 737 MAX. Dua pesawat 737 MAX 8 jatuh dalam dua insiden mematikan terpisah di Indonesia dan Ethiopia masing-masing pada Oktober dan Maret.
Dua bencana tersebut menewaskan total 346 orang, yang menyebabkan pelarangan terbang global bagi pesawat 737 MAX pada pertengahan Maret. "Kami memiliki kepercayaan pada Boeing dan berharap pesawat akan berhasil kembali ke layanan dalam beberapa bulan mendatang setelah mendapat persetujuan dari regulator," kata Kepala Eksekutif IAG Willie Walsh.
Boeing Airplanes mencicit: "Terima kasih International Airlines Group atas kepercayaan dan kepercayaan Anda pada 737 MAX dan orang-orang Boeing."
"Bangga dengan pekerjaan yang dilakukan tim kami untuk mengembalikan 737 MAX dengan aman untuk melayani dan berterima kasih atas kemitraan kami dengan IAG," kata CEO Boeing Dennis Muilenburg di Twitter.
Dengan pesanan 737 MAX, Boeing mengatakan IAG akan menerbangkan kombinasi 737 MAX 8 yang dapat menampung hingga 178 penumpang dalam konfigurasi dua kelas dan jet 737 MAX 10 yang berkapasitas 230 kursi. IAG sekarang mengoperasikan hampir secara eksklusif armada pesawat keluarga Airbus A320 untuk jet satu lorongnya.
Kedua perusahaan tidak mengungkapkan harga pesanan 200 jet. Kelompok IAG menyelesaikan pesanan utama untuk jet 777X Boeing jarak jauh awal tahun ini, guna melengkapi armada 777-an generasi saat ini dan 787 Dreamliner baru. IAG adalah salah satu grup maskapai penerbangan terbesar di dunia dengan 582 pesawat terbang ke 268 tujuan di seluruh dunia, membawa 113 juta penumpang pada 2018.