REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA -- Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengeluarkan pernyataan resmi untuk memperingati Hari Pengungsi Sedunia. Dalam laporan tahunan Badan Penungsi PBB, UNCHR, lebih dari 70 juta orang telah kehilangan rumah mereka, sehingga terpaksa menjadi pengungsi.
"Pada Hari Pengungsi Sedunia, saya selalu bersama lebih dari 70 juta wanita, anak-anak dan pria pengungsi dan orang-orang telantar di seluruh negeri. Mereka terpaksa meninggalkan tempat tinggal karena perang, konflik dan penganiayaan," kata Antonio Guterres, seperti dilansir Anadolu Agaency, Kamis (20/6).
Menurut dia, 70 juta adalah angka yang mencengangkan. Sebab, hal itu menunjukkan adanya peningkatan dua kali lipat daripada masa 20 tahun silam.
Orang-orang yang terusir dari rumah mereka dan menjadi pengungsi mayoritas berasal dari Suriah, Afghanistan, Sudan Selatan, Myanmar dan Somalia.
Guterres mengapresiasi penghargaan atas kemanusiaan yang ditunjukkan negara-negara yang bersedia menampung para pengungsi-sementara. Dia menilai, negara-negara itu telah ikut berjuang di tengah konteks tantangan ekonomi dan masalah keamanan.
"Kita harus menyesuaikan keramahan mereka dengan pengembangan dan investasi," tambahnya.
Melalui gerakan Global Compact on Refugees, Guterres terus menyuarakan tujuan untuk menggerakkan komunitas internasional ke arah penguatan kerja sama. Dengan demikian, ada interaksi yang saling mamahami antara para pengungsi dan negara-negara tuan rumah yang terkena dampaknya.
Menurut UNHCR, terdapat total 70,8 juta orang yang terusir secara paksa di seluruh dunia. Angka itu termasuk 41,3 juta orang pengungsi internal (internally displaced persons/IDP), serta sebanyak 25,9 juta pengungsi, dan lebih dari tiga juta pencari suaka.
Turki menempati urutan pertama di antara negara-negara yang menampung pengungsi. Negara yang kini dipimpin Recep Tayyip Erdoğan itu menjadi rumah-sementara bagi sebanyak 3,7 juta pengungsi.
Sebagian besar mereka adalah warga Suriah yang melarikan diri dari perang saudara yang brutal. Lagipula, Turki merupakan salah satu negara tetangga Suriah.