REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI -- Khalifa Haftar menolak inisiatif yang ditawarkan perdana menteri Libya untuk mengakhiri perang di Tripoli. Pasukan Haftar melancarkan serangan ke ibu kota untuk merebutnya dari pemerintah yang didukung PBB.
Tidak hanya menolak bernegosiasi Haftar juga bersumpah untuk terus melancarkan serangan. Ia menyebut milisi yang mendukung pemerintah sebagai 'milisi teroris'.
"Operasi militer tidak akan berhenti (sampai Tripoli direbut)," kata Haftar kepada situs media setempat almarsad.co, Kamis (20/6).
Pada bulan April lalu pasukan Haftar yang bernama Pasukan Kebebasan Nasional melancar serangan. Serangan pasukan yang bermarkas di sebelah timur Libya itu dikritik PBB dan lembaga kemanusiaan.
Serangan Haftar telah membunuh ratusan orang dan membuat puluhan warga mengungsi. Perang itu dikhawatirkan dapat memicu gelombang kekerasan setelah pemberontakan 2011.
Saat diktaktor Moammar Gadhafi digulingkan dan dibunuh. Pada awal bulan Mei, misi PBB untuk Libya meminta kedua belah pihak untuk melakukan gencatan senjata selama satu pekan.
Saat itu misi PBB meminta semua pihak untuk menghentikan operasi militer termasuk pengintaian dan mobilisasi pasukan. Kedua belah pihak yang berperang diminta untuk menghormati Bulan Ramadhan.