Presiden AS Donald Trump telah menyetujui serangan yang ditargetkan pada Iran dan kemudian membatalkan langkah itu, demikain beberapa media AS melaporkan hari Jumat (21/6). Operasi militer itu tadinya dimaksudkan sebagai respons atas penembakan drone pengintai AS oleh Iran di atas Selat Hormuz.
Sebelumnya Trump kepada wartawan tidak mengungkapkan rencananya menanggapi jatuhnya penembakan pesawat tak berawak AS itu dan hanya mengatakan: "Anda (nanti) akan mengetahuinya." Pesawat-pesawat AS dilaporkan sudah berada di udara dan kapal-kapal perang mengambil posisi penembakkan rudal, namun hal itu akhirnya batal dilakukan.
Iran mengatakan pihaknya memiliki bukti "tidak terbantahkan" bahwa pesawat tak berawak AS yang ditembak jatuh, yang bernilai sekitar 130 juta dolar, telah melanggar wilayah udaranya dan karena itu ditembak jatuh.
"Bahkan beberapa bagian puing pesawat tak berawak telah diambil dari wilayah perairan Iran," kata Wakil Menteri Luar Negeri Abbas Aragchi hari Jumat.
Ketegangan antara AS dan Iran mencapai puncak eskalasi baru pekan lalu setelah ledakan menghantam dua kapal tanker di Teluk Oman. AS dan Inggris menuduh Iran berada dibalik serangan itu, dan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo sempat mengancam bahwa AS akan menggunakan kekuatan militer untuk melindungi kepentingannya di wilayah tersebut.
Jerman mendesak semua pihak untuk mencegah eskalasi situasi dan konflik yang menghancurkan.
"Tidak ada keinginan untuk perang"
Presiden Donald Trump diberitakan bertemu dengan para pemimpin Demokrat dan Republik di Kongres untuk briefing rahasia mengenai konflik dengan Iran, yang berlangsung lebih dari satu jam. Anggota parlemen senior Demokrat mendesak presiden untuk meredam situasi.
Ketua parlemen dari Demokrat Nancy Pelosi secara terbuka mendesak pemerintah memberi tanggapan yang "strategis dan cerdas", dan berkoordinasi dengan sekutu AS di kawasan. Dia menekankan, warga Amerika Serikat "tidak memiliki keinginan" untuk berperang dengan Iran.
Sebelumnya, anggota parlemen dari Partai Republik Kevin McCarthy mengatakan bahwa tanggapan terukur diperlukan. "Presiden Trump dan tim keamanan nasionalnya tetap jernih tentang situasi dan apa yang harus dilakukan dalam menanggapi peningkatan agresi Iran," katanya.
Konstitusi AS memberi Kongres kekuatan untuk mengesahkan dan menyatakan perang. Tetapi sejak serangan 11 September 2001, pemerintah dapat melakukan intervensi militer ke wilayah asing melalui aturan baru otorisasi penggunaan kekuatan militer. Para pengritik sekarang khawatir, Trump akan menggunakan wewenang itu untuk menyerang Iran tanpa meminta izin Kongres.
hp/ap (rtr, afp, ap)