REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Militer Amerika Serikat (AS) dilaporkan melancarkan serangan siber terhadap sistem kontrol rudal dan jaringan intelijen Iran. Hal itu dilakukan setelah Teheran menembak jatuh pesawat nirawak atau drone milik AS pada Kamis (20/6) lalu.
Dua pejabat AS pada Sabtu (22/6), mengatakan, pascapenembakan drone, Presiden AS Donald Trump secara diam-diam memberi wewenang kepada US Cyber Command untuk melakukan serangan siber terhadap Iran. Seorang pejabat AS lainnya mengonfirmasi tentang hal tersebut.
Menurut mereka, serangan siber adalah sebuah rencana darurat yang telah dikembangkan selama beberapa pekan terakhir menyusul meningkatnya ketegangan antara AS dan Iran. Tujuan dari serangan itu adalah melumpuhkan sistem komputer Iran yang mengendalikan peluncur rudal dan misilnya.
Selain sistem pengendali rudal, AS pun menargetkan jaringan komputer milik Pasukan Garda Revolusi Iran (IRGC). Para pejabat AS itu memberi keterangan dengan identitas anonim sebab mereka tidak memiliki wewenang berbicara secara terbuka tentang operasi terkait.
Juru bicara Departemen Pertahanan AS Heather Babb enggan mengonfirmasi tentang serangan siber terhadap Iran. “Sebagai masalah kebijakan dan keamanan operasional, kami tidak membahas operasi dunia maya, intelijen, atau perencanaan,” ujarnya, dilaporkan laman Aljazirah.
Belum ada respons dari Iran perihal klaim serangan siber yang dilakukan AS. Namun Teheran diketahui telah memutus banyak infrastruktur dari internet setelah virus bernama “Stuxnet” menyerang jaringannya secara luas. Virus tersebut diyakini dibentuk oleh AS dan Israel.
Lokasi jatuhnya drone AS RQ-4A Global Hawk yang ditembak Iran di Selat Hormuz pada 20 Juni 2019. Gambar tersebut dirilis, Jumat (21/6). Foto: U.S. Central Command via AP
Hubungan AS dengan Iran semakin memanas setelah pesawat drone Global Hawk milik AS ditembak pasukan Iran pada Kamis lalu. Pesawat tersebut dituduh telah memasuki wilayah udara Iran secara ilegal. Namun AS mengklaim drone-nya terbang di zona udara internasional.
Setelah insiden tersebut, Trump dilaporkan sempat memerintahkan militer AS untuk menyerang Teheran. Namun, dia membatalkannya pada menit-menit akhir menjelang pelaksanaan eksekusi.
Menurut para pejabat Iran, Trump kemudian menawarkan pembicaraan. Mereka mengatakan Trump telah mengirim pesan kepada Pemerintah Iran. "Dalam pesannya, Trump mengatakan dia menentang setiap perang dengan Iran dan ingin berbicara dengan Teheran tentang berbagai masalah," kata salah satu pejabat senior Iran pada Jumat (21/6).
Menurut dia, Trump enggan menunggu respons terlalu lama atas tawarannya. "Dia memberi waktu singkat untuk tanggapan kami, tapi tanggapan langsung Iran adalah hal itu tergantung pada pemimpin tertinggi (Ayatollah Ali) Khamenei untuk memutuskan tentang masalah ini," ujarnya.
Namun, seorang pejabat Iran lainnya mengungkapkan Khamenei menentang setiap pembicaraan dengan AS. "Tapi pesan (Trump) itu akan disampaikan kepadanya untuk membuat keputusan," kata dia.