REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Penasihat Keamanan Nasional Amerika Serikat (AS) John Bolton membantah langkah AS tidak menyerang Iran dianggap sebagai bukti kelemahan. Presiden AS Donald Trump membatalkan serangan ke Iran setelah mengetahui serangan tersebut dapat menewaskan 150 orang.
"(Iran harusnya tidak) salah menilai kehati-hatian dan kebijaksanaan AS sebagai kelemahan," kata Bolton, Ahad (23/6).
Hal ini Bolton katakan saat bersama Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu di Yerusalem. Ia mengatakan tidak ada yang memberi Iran 'izin berburu di Timur Tengah'.
Sebelumnya, Trump mengatakan serangan udara tidak pantas dilakukan untuk membalas langkah Iran yang menembak jatuh pesawat tanpa awak militer AS. Bolton sudah lama ingin berperang melawan Iran.
Ia mengatakan Teheran akan kembali mendapat sanksi dan AS memiliki hak menyerang negara itu di kemudian hari. Bolton menekankan Trump hanya menghentikan serangan untuk dilakukan pada saat ini.
Sebelumnya, komandan militer Iran memperingatkan konflik dengan negaranya akan menimbulkan konsekuensi yang tidak dapat dikendalikan di seluruh kawasan. Ia juga memperingatkan hal itu dapat membahayakan nyawa pasukan AS.
Kantor berita semi-resmi Fars mengutip Jenderal Gholami Rashid yang mengatakan pemerintah Trump harus bertindak bertanggung jawab untuk melindungi nyawa pasukan AS. Rashid mengatakan jika perang terjadi maka luas dan lama perang tidak dapat dikendalikan.
AS akan disalahkan atas kebijakan intervensionalis mereka. Rashid seorang jenderal yang mengawasi dan mengkoordinir operasi militer gabungan Pasukan Bersenjata Iran. Iran mengatakan pada Kamis (20/6) mereka menembak jatuh drone militer AS. Tapi memilih untuk menembak pesawat berpenumpang militer AS yang terbang di wilayah yang sama.