Anak-anak kombatan kelompok teroris ISIS asal Australia Khaled Sharrouf dan Yasin Rizvic diselamatkan dari kamp pengungsi di Suriah. Sebuah lembaga bantuan bekerja sama dengan Pemerintah Australia kini memulangkan mereka.
Upaya Penyelamatan 8 Anak:
- Ke-8 anak diselamatkan oleh lembaga bantuan bekerja sama dengan Pemerintah Australia
- Tiga di antaranya anak teroris ISIS Khaled Sharrouf asal Sydney, bersama dua cucu Khaled
- Tiga lainnya merupakan anak dari teroris ISIS Yasin Rizvic asal Melbourne
Rinciannya, tiga anak Sharrouf asal Sydney yaitu Zaynab Sharrouf (18), Hoda (17), dan Humzeh (8), serta dua anak Zaynab (cucu Sharrouf) yaitu Aiyesha (3) dan Fatimah (2). Mereka diselamatkan bersama tiga anak Rizvic asal Melbourne.
Zaynab kini dalam keadaan hamil anak ketiganya.
Ke-8 anak-anak dan remaja ini dilaporkan meninggalkan perbatasan Suriah sekitar Pukul 5:45 pada hari Minggu sore waktu Australia. Mereka tiba di kota terdekat beberapa jam kemudian, dan kemungkinan dipertemukan dengan nenek dari pihak ibu mereka, Karen Nettleton.
Nettleton telah beberapa tahun mencoba membebaskan cucu-cucunya dari zona perang Suriah.
ABC tidak menyebutkan lokasi anak-anak itu kini berada dengan pertimbangan keselamatan mereka.
Tanggapan PM Morrison
Perdana Menteri Scott Morrison merilis pernyataan tidak lama setelah anak-anak tersebut melintasi perbatasan Suriah.
"Ada kanar baik hari ini dari situasi suram dan rumit di Suriah. Beberapa anak Australia telah dipulangkan dari zona konflik dan berada dalam perawatan Pemerintah Australia," katanya.
"Perbuatan orangtua yang membahayakan anak-anak mereka dengan membawanya ke zona perang merupakan tindakan tercela," ujarnya.
"Namun, anak-anak ini tidak boleh dihukum karena kejahatan orangtua mereka," kata PM Morrison.
"Pemulangan anak-anak ini bukanlah keputusan ringan yang dibuat oleh Pemerintah Australia. Seperti sering saya katakan, pemerintahan saya tidak akan mengabaikan orang Australia yang berada dalam risiko."
"Keamanan nasional Australia dan keselamatan aparat dan personil kita selalu jadi pertimbangan utama dalam masalah ini."
"Pemerintah Australia akan mempertimbangkan kesejahteraan dan kebutuhan setiap anak sebelum kembali ke Australia."
"Saya sampaikan terima kasih kepada aparat Deplu atas upaya keras mereka dalam situasi unik dan rumit ini serta dukungan dari mitra Australia," tambahnya.
Zaynab berusia 18 tahun pada Sabtu lalu sementara Hoda berusia 17 pada hari Minggu. Mereka bersama neneknya Nettleton tidak dapat dihubungi untuk memberikan komentar.
Diperkirakan anak-anak itu membutuhkan perawatan medis yang signifikan.
Kondisi Hoda Sharrouf lemah setelah tertembak 18 bulan lalu sedangkan Zaynab Sharrouf akan melahirkan dalam beberapa hari.
Riwayat keluarga Khaled Sharrouf
Anak-anak Sharrouf dibawa ke Suriah bergabung ISIS oleh ibu mereka yang juga istri Sharrouf, Tara Nettleton, pada bulan Februari 2014.
Tara mengikuti suaminya Khaled, yang meninggalkan Australia beberapa bulan sebelumnya dengan menggunakan paspor saudaranya.
Anak-anak ini mengalami kehidupan yang penuh kekerasan selama lima tahun.
Dua anak laki-laki tertua Sharrouf, Abdullah dan Zarqawi, mulai mengikuti kamp pelatihan ISIS. Foto-foto mereka menunjukkan bagaimana mereka memegang senjata.
Tidak lama setelah mereka tiba, Khaled Sharrouf mengawinkan anaknya Zaynab yang baru berusia 13 tahun dengan kombatan ISIS asal Australia, Mohamed Elomar. Pasangan itu memiliki seorang anak, Aiyesha.
Zaynab kemudian menikah lagi dengan teman ayahnya yang lain setelah suami pertamanya tewas. Dari sini Zaynab memiliki seorang anak, Fatimah.
Ibu mereka, Tara, meninggal karena komplikasi kesehatan di Mosul, Irak, pada pertengahan 2015. Elomar terbunuh dalam serangan udara tak lama setelah kematian Tara.
Anak-anak itu pun kembali ke Raqqa, Suriah, bersama ayah mereka sampai Agustus 2017, ketika Sharrouf, Abdullah dan Zarqawi, tewas dalam serangan udara.
"Kami dibawa ke sini"
Sejak menjadi yatim piatu, anak-anak Sharrouf pun dirawat oleh suami kedua Zaynab asal Lebanon serta seorang istri Khaled Sharrouf asal Maroko.
Anak-anak ini meninggalkan suami Zaynab dan melarikan diri dari pertahanan terakhir ISIS, Baghouz, pada bulan Maret lalu.
Periode antara Maret sampai kemarin, 23 Juni 2019, anak-anak itu berdekam di berbagai kamp di Suriah timur laut yang dikuasai Kurdi.
Pada bulan Maret di kamp pertama, al-Hawl, anak-anak ini dipertemukan kembali dengan neneknya Nettleton setelah terpisah lima tahun.
Ketika itu Zaynab menjelaskan kepada ABC bahwa mereka sangat ingin kembali ke Australia dan meninggalkan ISIS sejak lama tapi terlalu takut.
"Orang-orang yang melarikan diri, tidak terdengar lagi kabar beritanya," katanya.
Dia mengaku tidak tahu akan dibawa pergi ke Suriah pada 2014.
"Bukan kami yang memilih datang ke sini. Kami dibawa ke sini oleh orangtua kami," kata Zaynab.
Zaynab mengatakan bahwa dia dan saudaranya tidak membawa risiko jika kembali ke Australia.
"Saya dan anak-anakku ingin menjalani kehidupan normal seperti halnya orang lain ingin hidup normal," katanya.
"Bukankah saya pun berhak untuk hidup normal?"
Hoda mengaku kehidupan mereka lima tahun terakhir ini menakutkan.
"Ketika ibuku bilang kami berada di Suriah, saya mulai menangis. Saya selalu minta pulang," katanya.
"Saya kira kita bisa keluar kapan saja, tapi itu tidak bisa. Begitu masuk, kita pun terjebak."
Diperkirakan antara 3.700 hingga 4.600 anak-anak dari berbagai negara asing dibawa ke Suriah untuk bergabung ISIS serta sekitar 730 lainnya terlahir di sana.
Save the Children memperkirakan lebih dari 3.500 anak-anak asing itu sekarang mendekam di tiga kamp pengungsi di timur laut Suriah.
Lebih dari seratus anak meninggal dunia karena kekurangan gizi dan terpapar penyakit sejak dipindahkan ke kamp.
Simak beritanya dalam Bahasa Inggris di sini.