Senin 24 Jun 2019 14:24 WIB

AS akan Terapkan Sanksi Baru pada Iran

Hubungan AS-Iran memburuk di bawah masa jabatan Trump.

Rep: Rossi Handayani/ Red: Ani Nursalikah
Menteri Luar Negeri AS Mike Richard Pompeo.
Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Menteri Luar Negeri AS Mike Richard Pompeo.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Amerika Serikat (AS) akan menerapkan sanksi baru terhadap Iran, Senin (24/6). Mereka berusaha memberikan tekanan tambahan pada ekonomi Iran untuk mengekstraksi perubahan perilaku dari pemerintahnya.

Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo menyebut langkah-langkah baru itu signifikan. Namun, ia menolak memberikan perincian spesifik kepada wartawan sebelum pengumuman resmi.

Baca Juga

"Dunia harus tahu kami akan terus memastikan ini dipahami upaya yang telah kami lakukan untuk menyangkal sumber daya Iran untuk memicu teror, membangun sistem senjata nuklir, dan membangun program rudal mereka," kata Pompeo dilansir di Voice of America, Senin (24/6).

"Kami akan pergi untuk menyangkal mereka sumber daya yang mereka butuhkan untuk melakukan itu sehingga menjaga kepentingan Amerika dan orang-orang Amerika aman di seluruh dunia," ucap Pompeo.

Pompeo berbicara sebelum memulai perjalanan ke Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) untuk melanjutkan upaya pemerintahan Trump untuk membangun koalisi sekutu melawan Iran. Iran telah membantah bekerja pada senjata nuklir dan menandatangani perjanjian pada 2015 dengan Amerika, Inggris, Cina, Prancis, Rusia, dan Jerman untuk menghilangkan kekhawatiran itu dengan membatasi aktivitas nuklirnya dengan imbalan bantuan sanksi.

Tetapi hubungan AS-Iran telah memburuk di bawah masa jabatan Trump. Ini terutama dari keputusannya tahun lalu untuk menarik diri dari perjanjian nuklir, dan memberlakukan sanksi ekonomi baru. Trump keberatan dengan kesepakatan itu karena terlalu lemah dan tidak termasuk batasan pada program rudal balistik Iran.

Iran telah membela pekerjaan misilnya sebagai sesuatu yang sah dan perlu untuk pertahanannya. Ia telah meminta dukungan dari para penandatangan yang tersisa pada perjanjian 2015 untuk memberikan bantuan ekonomi yang diinginkannya. Terutama dengan program minyak utamanya karena AS telah memperketat sanksi dalam upaya untuk memotong ekspor minyak Iran.

Pompeo mengatakan sanksi baru akan menjadi upaya lebih lanjut untuk memastikan kapasitasnya tidak hanya untuk menumbuhkan ekonomi mereka. Akan tetapi, untuk menghindari sanksi menjadi lebih sulit, itu akan menjadi tambahan penting bagi kapasitas mereka untuk menegakkan sanksi sehingga akhirnya dapat mencapai tujuan.

Trump mengatakan dalam sebuah wawancara dengan NBC, dia tidak ingin berperang dengan Iran. Ia bersedia untuk bernegosiasi dengan para pemimpinnya tanpa prasyarat. Komentar itu muncul setelah sepekan aksi intens antara Amerika dan Iran.

Kekhawatiran tentang potensi konfrontasi bersenjata antara kedua negara telah meningkat sejak pejabat AS baru-baru ini menyalahkan Teheran atas serangan terhadap dua kapal tanker minyak di Selat Hormuz. Tuduhan yang kemudian dibantah Iran dan Iran menjatuhkan drone AS.

Trump mengatakan Kamis malam ia telah membatalkan serangan balasan terhadap beberapa target Iran. Tetapi pada Kamis, menurut akun berita AS, Trump juga menyetujui serangan Komando Siber AS pada sistem komputer kelompok intelijen Iran untuk mengendalikan peluncuran rudal dan roket.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement