REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran mengklaim serangan siber yang dilakukan Amerika Serikat (AS) terhadapnya belum berhasil. Ia menyatakan sistem pertahanan internetnya cukup tangguh.
“Mereka (AS) berusaha keras, tapi belum berhasil melakukan serangan (siber),” ujar Menteri Telekomunikasi dan Teknologi Iran Mohammad Javad Azari Jahromi melalui akun Twitter pribadinya pada Senin (24/6).
Dia pun menanggapi banyaknya spekulasi perihal serangan siber yang dilakukan AS. “Media bertanya apakah serangan dunia maya terhadap Iran itu benar. Tahun lalu kami menetralkan 33 juta serangan dengan firewall (sistem jaringan keamanan komputer) nasional,” ucapnya.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran Abbas Mousavi mengatakan sistem pertahanan internet negaranya cukup kuat. Kendati demikian, dia mengecam serangan siber terhadap Iran. Dia menegaskan tindakan itu dapat dibawa ke pengadilan internasional.
Militer AS dilaporkan telah melancarkan serangan siber terhadap sistem kontrol rudal dan jaringan intelijen Iran. Hal itu dilakukan setelah Teheran menembak jatuh pesawat nirawak atau drone milik AS pada Kamis pekan lalu.
Dua pejabat AS pada Sabtu (22/6), mengatakan, pascapenembakan drone, Presiden AS Donald Trump secara diam-diam memberi wewenang kepada US Cyber Command untuk melakukan serangan siber terhadap Iran. Seorang pejabat AS lainnya mengonfirmasi tentang hal tersebut.
Menurut mereka, serangan siber adalah sebuah rencana darurat yang telah dikembangkan selama beberapa pekan terakhir menyusul meningkatnya ketegangan antara AS dan Iran. Tujuan dari serangan itu adalah melumpuhkan sistem komputer Iran yang mengendalikan peluncur rudal dan misilnya. Selain sistem pengendali rudal, AS pun menargetkan jaringan komputer milik Pasukan Garda Revolusi Iran (IRGC).
Kendati demikian juru bicara Departemen Pertahanan AS Heather Babb enggan mengonfirmasi tentang serangan siber terhadap Iran. “Sebagai masalah kebijakan dan keamanan operasional, kami tidak membahas operasi dunia maya, intelijen, atau perencanaan,” ujarnya.