REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Letnan Jenderal Badan Intelijen Pertahanan Amerika Serikat (AS), Robert Ashley dalam sebuah wawancara menyatakan, komunitas intelijen AS tidak percaya pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un siap melakukan denuklirisasi, Senin (24/6).
"Kami masih terus menilai di dalam IC (komunitas intelijen) bahwa Kim Jong-un tidak siap untuk melucuti nuklir," kata Ashley, dilansir Aljazirah, Selasa (25/6).
Pertemuan puncak pada Februari antara Kim, dan Presiden AS, Donald Trump mengalami kegagalan saat kedua pemimpin tidak dapat menjembatani perbedaan antara tuntutan AS untuk denuklirisasi dan tuntutan Korut untuk bantuan sanksi. Adapun Trump akan mengunjungi Korea Selatan (Korsel) akhir pekan ini. Kunjungan dilakukan setelah pertukaran surat dengan Kim meningkatkan harapan untuk dimulainya kembali pembicaraan yang bertujuan mengakhiri program nuklir Korut.
AS menuntut agar Korut meninggalkan senjata nuklirnya sepenuhnya sebelum sanksi internasional dicabut. Korut juga mencari pendekatan langkah demi langkah.
Trump akan tiba di Korsel untuk kunjungan dua hari pada Sabtu. Juru Bicara kantor kepresidenan menyatakan, Trump akan bertemu Presiden Korsel Moon Jae-in pada Ahad, setelah pertemuan puncak para pemimpin G20 di Jepang. Pengumuman itu dikeluarkan beberapa jam setelah Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo mengatakan dia berharap surat yang dikirim Trump ke Kim dapat membuka jalan bagi kebangkitan kembali perundingan yang terhenti. Sebelumnya pertemuan puncak pada Februari lalu mengalami kegagalan di Vietnam.
Pada Ahad (23/6), Kantor berita resmi Korut (KCNA) melaporkan bahwa Trump telah menulis surat kepada Kim, yang memuji surat itu begitu baik dan ia merenungkan isinya. Laporan KCNA datang hanya dua hari setelah Kim menjamu Presiden Cina Xi Jinping.
Media pemerintah Korut mengatakan Kim dan Xi membahas situasi politik di sekitar Semenanjung Korea. Keduanya disebut mencapai konsensus yang tidak ditentukan tentang masalah-masalah penting.
Xi diperkirakan akan bertemu Trump selama KTT G20. Analis mengatakan presiden Cina berniat menggunakan perjalanannya ke Korut sebagai cara memberi sinyal kepada Trump mengenai pengaruhnya dengan Kim.