REPUBLIKA.CO.ID, ROMA -- Gelombang panas ekstrem di Eropa telah berlangsung dalam satu pekan terakhir. Hal ini membuat pihak berwenang di banyak negara benua tersebut mengeluarkan peringatan agar orang-orang, khususnya anak-anak dan orang tua tidak keluar dari rumah atau berkegiatan di luar ruangan sementara waktu.
Para ahli metereologi mengatakan suhu di awal musim panas di Eropa dapat mencapai atau bahkan melebihi 40 derajat Celsius. Secara khusus gelombang panas itu dikatakan akan terasa mulai dari Spanyol hingga Swiss. Gelombang panas terjadi akibat dari udara panas yang ditangkap dari Sahara oleh kombinasi badai yang melanda Atlantik dan tekanan tinggi di Eropa Tengah.
“El infierno (neraka) akan datang,” ujar ahli metereologi Silvia Laplana dari Spanyol melalui akun jejaring sosial Twitter, dilansir The Guardian, Selasa (25/6).
Kelembapan tinggi di Eropa juga akan membuat udara terasa seperti mencapai 47 derajat Celsius. Dalam sebuah tayangan ramalan cuaca AEMET, disebutkan pada Kamis (27/6) mendatang, suhu di lembah Ebro, Tagus, Guadiana, dan Guadalquivir dapat berada di kisaran 42 derajat Celsius dan hal itu berpotensi memicu kebakaran hutan.
Di Prancis, pihak berwenang mendirikan ruangan berpendingin di sejumlah gedung kota menyusul gelombang panas ekstrem. Di Ibu Kota Paris, pada Senin (24/6), suhu mencapai 34 derajat Celsius. Selain itu, terdapat kolam yang dibuka hingga larut malam serta ditambahnya jumlah air mancur.
“Saya khawatir orang-orang mengkhawatirkan hal ini, khususnya bagi mereka yang ingin terus berolahraga seperti biasa atau tetap berada di bawah sinar matahari,” ujar Menteri Kesehatan Prancis Agnes Buzyn.
Buzyn mengatakan kondisi cuaca ektrem saat ini telah mempengaruhi banyak orang. Ia menyatakan kekhawatiran suhu dapat meningkat menjadi jauh lebih tinggi dalam beberapa hari mendatang.