REPUBLIKA.CO.ID, SIHANOUKVILLE -- Sebanyak tujuh orang, termasuk lima warga Cina dikenai tindak pidana kejahatan terkait runtuhnya bangunan yang menyebabkan 28 pekerja konstruksi di Sihanoukville, Kamboja meninggal. Para tersangka dimasukkan ke dalam sel penahanan hingga praperadilan.
Dilansir di Guardian, Selasa (25/6), tiga hari setelah gedung tersebut ambruk, pemilik bangunan yang merupakan warga Cina Chen Kun dan pengawas bangunan Deng Xing Gui didakwa di pengadilan provinsi Preah Sihanouk dengan dakwaan pembunuhan tidak disengaja, menyebabkan cedera, dan kerusakan yang tidak disengaja.
Tiga warga Cina lainnya didakwa dengan konspirasi atas ambruknya bangunan, bersama dengan seorang warga Vietnam dan Kamboja. Mereka terancam tiga tahun penjara.
Bangunan tujuh lantai yang belum selesai itu runtuh pada Sabtu pagi (22/6). Tim penyelamat menemukan dua korban terakhir pada Senin (24/6) lalu. Sementara, 26 pekerja yang mengalami luka-luka saat ini telah mendapatkan perawatan medis.
Proyek pembangunan gedung tersebut berada di Sihanoukville, yakni sebuah resor pantai yang berkembang pesat dengan pembangunan cukup masif. Sebagian besar pembangunan proyek di Sihanoukville didanai oleh Cina sebagai bagian dari gelombang investasi yang lebih luas di Asia Tenggara.
Cina telah menginvestasikan beberapa miliar dolar AS di sektor-sektor seperti pariwisata, real estat, pertanian, pelabuhan laut, dan kasino. Cina juga terlibat dalam beberapa pembangunan gedung pencakar langit dan pengembangan properti besar lainnya di ibukota Phnom Penh dan di Sihanoukville dan pulau Koh Kong.
Masuknya investasi Cina tersebut membuat Kamboja semakin bergantung pada bantuan dan investasi Cina. Apalagi, Kamboja merupakan sekutu politik Beijing dan mendukung posisinya dalam urusan regional maupun internasional. Banyak infrastruktur di Kamboja dalam beberapa tahun terakhir telah dibiayai oleh Cina dan perusahaan Cina.
Ada kekhawatiran yang meningkat di Kamboja tentang standar perusahaan konstruksi Cina yang beroperasi di negara itu. Kantor berita Cina Xinhua melaporkan, juru bicara kementerian pengelolaan lahan, perencanaan, dan konstruksi Kamboja, Seng Loth mengatakan gedung yang runtuh telah didirikan tanpa izin.
"Itu adalah proyek tanpa izin dan pemerintah provinsi telah memperingatkan pengembang dua kali, tetapi mereka mengabaikan peringatan itu," katanya kepada Xinhua.