REPUBLIKA.CO.ID, KABUL — Afghanistan Journalists Center (AFJC) menyatakan kecaman keras dan menyerukan pemerintah agar mengambil langkah-langkah komprehensif untuk memastikan keamanan terhadap media dan jurnalis di negara itu.
“Kami memperingatkan agar semua pihak dalam konflik dan mengingatkan mereka tentang kewajiban mereka sehubungan dengan perlindungan jurnalis," ujar AFJC dalam sebuah pernyataan dilansir Ifex, Rabu (26/6).
Pernyataan ini disampaikan setelah Taliban memberikan ancaman terhadap media di Afghanistan. Kelompok militan itu mengatakan akan menargetkan para jurnalis, kecuali mereka berhenti membuat pemberitaan tentang Taliban, yang dinilai sebagai bentuk propaganda pemerintah.
AFJC mengatakan serangan terhadap media dan jurnalis merupakan kejahatan perang. Taliban akan dimintai pertanggungjawaban atas setiap langkah yang mereka lakukan.
Jika Taliban memiliki keberatan tentang konteks dan isi iklan dan iklan media Afghanistan, mereka dipersilakan untuk membahas kritik mereka. “Tetapi tidak ada yang diizinkan untuk mengancam media dan menargetkan mereka sebagai sasaran militer," ujar AFJC menambahkan.
Selama ini wartawan di Afghanistan kerap diancam dan diserang oleh kelompok ektremis dan militan, bahkan pihak-pihak tertentu di negara itu. Selain Taliban, terdapat Negara Islam Irak dan Suriah, serta pejabat pemerintah dan tokoh-tokoh penting yang tidak senang dengan liputan dan pemberitaan mereka.
Dalam sebuah pernyataan, Taliban mengatakan kepada stasiun radio Afghanistan, serta sejumlah saluran televisi di negara itu bahwa mereka memiliki waktu hingga satu pekan. Selama waktu tersebut, seluruh media harus menghentikan iklan anti-Taliban yang dibayar pemerintah negara Timur Tengah itu.
Bahkan, Taliban juga memperingatkan bahwa akan menargetkan setiap pihak yang terkait dengan media yang terus menyiarkan iklan anti-Taliban. Kelompok tersebut dapat menjadikan media dan setiap orang yang terlibat di dalamnya sebagai sasaran militer di Ibu Kota Kabul, maupun provinsi, kota, daerah pedesaan, serta wilayah manapun di negara itu.
Secara lengkap, Taliban memperingatkan semua TV, radio dan saluran siaran lainnya untuk segera menghentikan apa yang disebut oleh mereka sebagai ‘kegiatan bermusuhan’. Jika seluruh media tersebut tidak melakukan apa yang diminta, mereka dapat dijadikan sasaran militer karena dianggap sebagai bagian dari intelijen musuh.
Ancaman kali ini merupakan yang terbaru diluncurkan Taliban. Sebelumnya, pada 2016 ancaman serupa juga diberikan kelompok tersebut pada media di Afghanistan dan menghasilkan serangan mematikan.
Pada Januari 2016, seorang pembom bunuh diri Taliban menabrakkan mobilnya ke dalam bus yang membawa karyawan Tolo TV, stasiun televisi swasta paling populer di Afghanistan. Dalam insiden tersebut, sebanyak tujuh staf media tewas.
Saat itu Taliban mengatakan bahwa Tolo TV telah menyiarkan propaganda bagi militer Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.