REPUBLIKA.CO.ID, PYONGYANG -- Seorang mahasiswa Australia dilaporkan telah ditangkap di sebuah universitas di Korea Utara (Korut) hanya beberapa bulan setelah menulis sebagai satu-satunya orang Australia di negara itu.
Dilansir di NZ Herald Kamis (27/6), Alek Sigley (29 tahun) telah belajar di Universitas Kim Il Sung di Pyongyang. Media Korea Selatan (Korsel) semalam melaporkan Sigley telah ditahan pejabat Korut.
Sigley berasal dari Perth, Australia Barat. Ia telah banyak memprofilkan tentang kehidupan di negara yang terkenal tertutup itu di beberapa media, termasuk Sky News, The Guardian, dan Public International Radio (PRI).
Tidak diketahui mengapa dia ditangkap, tetapi tiga bulan yang lalu, Sigley menulis sebuah artikel untuk The Guardian. Dia berbicara tentang bisa bergerak di sekitar ibu kota tanpa pengawasan dan makan di mana pun dia suka.
Pada Februari ia ditampilkan dalam sebuah artikel untuk Public Radio International berjudul Twitter and Cocoa Pops: The surprising life of a student in North Korea. Australia pada Kamis mengatakan segera mengklarifikasi tentang nasib seorang warga yang dikhawatirkan ditahan di Korut.
New signage above the main entrance to the Ryugyong Hotel bearing its name and logo. A sign that it will soon be open for business?
류경호텔 정문에 걸려있는 새 간판. 간판은 류경호텔의 이름과 상표를 표시하고 있다. 개업날이 다가오고 있는가? pic.twitter.com/bwdDot50ya
— Alek Sigley (@AlekSigley) June 24, 2019
Departemen Luar Negeri menyatakan mereka melakukan kontak dengan keluarga pria yang telah dilaporkan ditahan di Korut. Australia tidak memiliki misi diplomatik di Pyongyang. Australia dan diwakili oleh Kedutaan Swedia. Sigley adalah satu-satunya mahasiswa Barat di Universitas Kim Il Sung, tempat ia belajar sastra Korea.
Dia juga menjalankan sebuah perusahaan bernama Tongil Tours yang khusus membawa mahasiswa asing tur ke Korut. Ia telah menulis artikel tentang tempat makan di Pyongyang dan masalah lain untuk NK News.
Unggahan media sosial terakhirnya tiga hari yang lalu dan tampaknya cukup berbahaya. Penasihat konsuler Canberra merekomendasikan warga Australia tinggal sesingkat mungkin, menghilangkan kegiatan yang tidak perlu, dan meninjau pengaturan keamanan di Korut.
Pada 2016, Otto Warmbier (22) seorang mahasiswa Universitas Virginia, dipenjara selama tur setelah dituduh menurunkan poster propaganda. Dokter mengatakan dia menderita kerusakan otak parah saat dalam penahanan. Kemudian jatuh koma dan meninggal beberapa hari setelah tiba kembali di Amerika Serikat pada Juni 2017.