Kamis 27 Jun 2019 17:01 WIB

Hizbullah Yakini Perang AS dan Iran tak akan Terjadi

Trump dinilai tidak akan dapat mengendalikan konflik jika perang lawan Iran.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani.
Foto: AP
Presiden Amerika Serikat Donald Trump dan Presiden Iran Hassan Rouhani.

REPUBLIKA.CO.ID, BEIRUT -- Hizbullah yakin perang Amerika Serikat (AS) dengan Iran tidak mungkin terjadi. Menurut kelompok Syiah Lebanon yang didukung Iran itu, Presiden AS Donald Trump tidak akan dapat mengendalikan konflik yang dapat menelan wilayah tersebut.

Dalam wawancara dengan surat kabar Libanon al-Joumhouria, Wakil Sekretaris Jenderal Hizbullah, Sheikh Naim Qassem mengatakan, konflik AS dan Iran bisa saja terjadi di banyak bidang, bukan hanya satu, sehingga kerugian akan tak terhitung jumlahnya.

Baca Juga

"Di tingkat regional, kami melihat perang AS melawan Iran karena berbagai alasan, terutama bahwa Iran adalah negara kuat dengan kemampuan pertahanan yang penting," kata Qassem. Menurutnya, Trump tidak akan mendapat manfaat dari perang yang bisa dia mulai karena ia tidak bisa mengendalikan hasilnya.

Hizbullah adalah kelompok bersenjata yang didirikan oleh Pengawal Revolusi Iran pada 1982. Qassem mencatat, pencapaian besar dari aliansi yang dipimpin oleh Iran selama dua dekade terakhir di Palestina, Suriah, Irak, Libanon, Yaman dan tempat lain.

Meski begitu, AS memandang Hizbullah sebagai kelompok teroris. Pada Rabu (26/6), Trump mengatakan, perang apa pun antara Iran dan AS akan berlangsung cepat. Trump menegaskan kembali keinginannya untuk menghindari konfrontasi militer bahkan ketika mengecam para pemimpin Teheran.

AS memberlakukan sanksi keuangan terhadap Iran sejak tahun lalu, tepatnya ketika Trump menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 antara Teheran dan kekuatan dunia, di mana Iran mengekang program nuklirnya. Ketegangan pun meningkat tajam sejak bulan lalu ketika pemerintahan Trump memperketat sanksi. Trump memerintahkan semua negara untuk menghentikan pembelian minyak Iran.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement