REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Para pecinta lingkungan dari seluruh dunia mendesak para pemimpin global dalam Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G-20 tidak menutup mata terhadap perburuan ikan paus. Diketahui, Jepang sebagai tuan rumah KTT G-20 telah menarik diri dari International Whaling Commission (IWC) dan akan kembali memulai perburuan ikan paus komersial.
"Pemerintah Jepang dengan bangga memfasilitasi kerja sama internasional dengan menjadi tuan rumah pertemuan G-20, di sisi lain (Jepang) diam-diam melepaskan diri dari kewajiban untuk kolaborasi global tentang perlindungan dan pengelolaan paus dunia," ujar Presiden dari Humane Society International, Kitty Block, Jumat (28/6).
Dia menambahkan Jepang meninggalkan IWC dan menentang hukum internasional untuk mengejar ambisi perburuan paus komersialnya. Block menyerukan agar perburuan ikan paus dapat menjadi salah satu topik yang dibahas pada pertemuan KTT G-20 di Osaka. Para aktivis lingkungan telah mengirimkan surat kepada para pemimpin G-20 dan mendesak mereka mendorong Jepang mengakhiri perburuan ikan paus komersial.
"Pertemuan para pemimpin dunia di Jepang pekan ini seharusnya tidak menutup mata terhadap serangan kejam yang direncanakan pada paus Pasifik Utara," kata Block.
Jepang belum mengumumkan kuota perburuan ikan paus tersebut. Namun, beberapa pihak yang bergerak di industri perburuan ikan paus menyatakan, Jepang akan menangkap 180 paus minkes dan paus sei yang diambil di Pasifik Utara. Selain itu, Jepang juga akan menangkap 330 paus minkes di Antartika.
Mengonsumsi paus merupakan bagian dari tradisi dan budaya Jepang. Konsumsi paus mencapai puncak pada awal 1960-an dan telah berkurang sejak saat itu. Hampir 300 orang terhubung langsung dengan perburuan paus. Paus hanya mewakili sekitar 0,1 persen dari total konsumsi daging di Jepang pada 2016.