REPUBLIKA.CO.ID, TUNIS -- Dua pelaku bom bunuh diri secara terpisah meledakkan dirinya di dekat polisi di Tunis, Tunisia, Kamis (27/6). Insiden tersebut menewaskan seorang polisi dan melukai sejumlah orang lainnya.
ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut melalui Kantor Berita miliknya Amaq, Kamis sore. Serangan tersebut terjadi beberapa bulan menjelang pemilihan sekaligus puncak musim liburan, yang diharapkan Tunisia mampu mencatat rekor pengunjung.
Bom bunuh diri pertama ditujukan kepada patroli polisi di Charles de Gaulle Street di pusat Kota Tunis. Seorang polisi tewas dan satu orang bersama tiga warga sipil lainnya terluka, demikian informasi Kementerian Dalam Negeri.
Tak lama setelah itu, pelaku bom bunuh diri kedua meledakkan dirinya di dekat kantor polisi di Distrik al-Gorjani. Akibatnya, empat orang terluka.
Polisi bersenjata lengkap menutup lokasi kejadian, yang berjarak sekitar 200 meter dari Kedutaaan Besar Prancis. Wartawan Reuters melihat masyarakat bergegas meninggalkan lokasi kejadian, sedangkan jasad salah satu pelaku tergeletak di jalan.
"Saya sedang berbelanja bersama putri saya dan tiba-tiba kami mendengar ledakan besar. Kami melihat jasad pelaku teror tergeletak di dekat kendaraan polisi setelah meledakkan dirinya," ungkap saksi mata yang bernama Mohamed.
Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Sofian Zaak mengatakan penyerang belum diidentifikasi. Ia juga meminta masyarakat agar beraktivitas seperti biasa dan tidak perlu panik.