REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden Cina Xi Jinping menyerukan semua pihak menahan diri sehingga tidak membuat situasi di wilayah Teluk memanas. Xi mengatakan, wilayah Teluk berada di persimpangan antara perang dan perdamaian.
"China selalu berdiri di sisi perdamaian dan menentang perang. Semua pihak harus tetap tenang dan menahan diri, memperkuat dialog dan konsultasi, dan bersama-sama menjaga perdamaian dan stabilitas regional," ujar Xi seperti dilaporkan kantor berita Xinhua, Jumat (28/6).
China memiliki hubungan bisnis dan energi yang erat dengan Iran. Namun, China harus melangkah hati-hati karena memiliki hubungan dengan Arab Saudi yang merupakan pesaing Iran.
Xi telah tiba di Osaka, Jepang untuk mengikuti rangkaian KTT G-20. Xi bertemu dengan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Antonio Guterres di sela-sela KTT G-20. Pertemuan antara Xi dan Guterres salah satunya yakni membahas tentang ketegangan di Teluk.
Ketegangan di wilayah Teluk telah meningkat terutama setelah Amerika Serikat (AS) menuding Iran melakukan serangan terhadap enam kapal tanker minyak. Tudingan tersebut langsung dibantah oleh Iran.
Pekan lalu, Iran menembak jatuh drone atau pesawat tanpa awak milik AS yang melintas di wilayah udara Teheran. AS mengatakan, drone miliknya terbang di wilayah udara internasional.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump menandatangani perintah eksekutif yang menjatuhkan sanksi dan menahan miliaran dolar aset Iran. Trump mengatakan kepada wartawan sanksi itu sebagian merupakan tanggapan atas penembakan drone AS oleh Iran pada pekan lalu. Dia mengatakan, Khamenei pada akhirnya bertanggung jawab atas hal yang disebut Trump sebagai perilaku bermusuhan rezim di Timur Tengah.
Selain itu, sanksi baru tersebut dijatuhkan karena Iran bertanggung jawab atas serangan terhadap dua kapal tanker minyak di dekat Selat Hormuz beberapa pekan lalu. Trump mengatakan sanksi itu adalah tanggapan yang kuat dan proporsional terhadap tindakan Iran yang semakin provokatif.