Jumat 28 Jun 2019 15:48 WIB

Kedutaan Bahrain di Irak Jadi Sasaran Protes Massa

Bahrain menjadi tuan rumah konferensi rencana perdamaian Palestina-Israel.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Nur Aini
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin (kelima dari kiri) dan Putra Mahkota Bahrain Pangeran Salman bin Hamad Al Khalifa (keenam dari kiri) mendengarkan Penasihat Senior Gedung Putih Jared Kushner berbicara dalam pembukaan konferensi 'Peace to Prosperity' di Manama, Bahrain, Selasa (25/6).
Foto: Bahrain News Agency via AP
Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin (kelima dari kiri) dan Putra Mahkota Bahrain Pangeran Salman bin Hamad Al Khalifa (keenam dari kiri) mendengarkan Penasihat Senior Gedung Putih Jared Kushner berbicara dalam pembukaan konferensi 'Peace to Prosperity' di Manama, Bahrain, Selasa (25/6).

REPUBLIKA.CO.ID, BAGHDAD -- Kedutaan Besar Bahrain di Baghdad terkena geruduk ratusan warga Irak yang marah, Kamis (27/6). Para pemrotes menurunkan bendera negara, dan menggantinya dengan bendera Palestina untuk memprotes partisipasi Bahrain dalam konferensi ekonomi yang dipimpin Amerika Serikat (AS) di Manama beberapa hari lalu.

Seperti dilansir Anadolu Agency, sekelompok massa juga terlihat membakar bendera AS. Pasukan keamanan Irak pun turun tangan dan membubarkan protes.

Baca Juga

Menteri Negara Urusan Teluk Saudi Thamer al-Sabhan menyesalkan apa yang terjadi di Kedubes Bahrain di Irak. Bahrain kemudian memanggil duta besarnya untuk Irak untuk konsultasi setelah insiden itu.

Kementerian Luar Negeri Bahrain juga mengutuk serangan itu. Serangan menyebabkan kerusakan pada bangunan. Dalam sebuah pernyataan, pemerintah Irak bertanggung jawab atas kedutaan, konsulat, dan perlindungan karyawannya di Baghdad.

Bahrain adalah negara kepulauan di Teluk Persia yang menjadi tuan rumah konferensi perdamaian selama dua hari untuk membahas bagian ekonomi rencana perdamaian Presiden AS Donald Trump dalam menyelesaikan konflik Israel-Palestina.

Otoritas Palestina menolak pertemuan itu. Pihaknya tidak akan berpartisipasi dalam pertemuan dan meminta negara-negara di kawasan untuk memboikotnya.

Konferensi dimulai pada Selasa lalu dan dihadiri oleh tuan rumah Bahrain serta Arab Saudi, Yordania, Mesir, Uni Emirate, Arab, Qatar, dan Maroko. Sementara pejabat Israel tidak diundang. Pengusaha dan beberapa jurnalis dari negara asing juga menghadiri pertemuan Manama.

Pembicaraan antara Palestina dan Israel gagal pada April 2014 setelah Israel menolak untuk menghentikan kegiatan permukiman dan menerima solusi dua negara berdasarkan perbatasan pra-1967. Israel juga mengingkari janji untuk membebaskan tahanan Palestina dari penjara.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement