REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Mantan menteri luar negeri Amerika Serikat Rex Tillerson mengungkapkan dalam kesaksiannya, saat ia masih menjabat, menantu Presiden AS Donald Trump telah melakukan diplomasi tanpa sepengetahuannya. Langkah diplomasi Jared Kushner itu mengarah ke sejumlah insiden memalukan.
Pada bulan lalu, Tillerson yang dipecat Trump pada bulan Maret 2018 lalu menyebutkan sejumlah insiden memalukan di depan Komite Urusan Luar Negeri House of Representative. Dilansir dari Aljazirah, Jumat (28/6), hal itu diketahui berdasarkan transkrip kesaksian di Kongres yang dirilis pada Kamis (27/6) kemarin.
Mantan diplomat AS dan CEO ExxonMobil itu kebetulan sedang makan malam di restoran tempat Kushner dan Menteri Luar Negeri Meksiko Luis Videgaray mengadakan makan malam. Ia tidak diberitahu menteri luar negeri Meksiko sedang berada di Washington.
"Saya bisa melihat warna keluar dari wajah pejabat Meksiko itu, dan saya katakan, 'saya tidak ingin mengganggu apa yang kalian lakukan', saya katakan 'telpon saya lain kali Anda datang ke kota ini', lalu saya tinggalkan mereka," kata Tillerson.
Tillerson mengatakan pada 5 Juni 2017 lalu, ia dan Menteri Pertahanan AS kala itu Jim Mattis juga kecolongan. Ia tidak diberitahu Arab Saudi, Uni Emirate Arab, dan Bahrain akan memblokade Qatar.
Sementara Kushner dan penasihat Trump lainnya, Steve Bannon sudah diberitahu sejak dua pekan sebelumnya. Mereka diberitahu tentang blokade tersebut pada 20 Mei ketika sedang makan malam dengan pemimpin-pemimpin Arab Saudi dan Uni Emirate Arab.
Aljazirah melaporkan Tillerson tidak pernah mengetahui tentang makan malam itu sebelum memberikan kesaksiannya di hadapan komite bulan lalu. Di hadapan anggota komite House, Tillerson mengaku marah dengan hal tersebut.
Tillerson mengatakan ia sempat bertemu dengan empat perwakilan empat negara yang melakukan blokade. Ia mencoba membujuk mereka blokade tersebut justru akan membahayakan diri mereka sendiri di kawasan.
Tapi perwakilan Arab Saudi dan Uni Emirate Arab tidak memberitahunya, pemerintah AS sudah diberitahu tentang rencana blokade tersebut. Tillerson juga mengatakan Kushner dekat dengan Putra Mahkota Arab Saudi Pangeran Mohammed bin Salman.
"Ada banyak komunikasi antara keduanya," kata Tillerson.
Ia juga mengatakan Kushner kerap melakukan perjalanan ke Arab Saudi dan negara Timur Tengah lainnya tanpa memberitahu kedutaan besar AS. Tillerson mengatakan ia sempat menyinggung tentang perjalanan-perjalanan Kushner itu. Namun, menantu presiden hanya mengatakan ia 'mencoba untuk lebih baik lagi'. Tillerson mengatakan setelah itu tidak ada yang berubah dan membuat pekerjaannya semakin sulit.
"Saya ingin tekankan elemen yang paling mengkhawatirkan di sini, ketika presiden menjalankan kebijakan luar negeri di luar Gedung Putih, hal itu adalah pemerintahan rahasia bukan hanya pemerintahan ganda," kata mantan pejabat Departemen Kehakiman Bruce Fein.
Fein mengatakan harus diingat hal itu dapat terjadi di luar kebijakan luar negeri. Kejadian semacam itu dapat terjadi dalam hal yang berkaitan dengan militer.
"Siapa yang tahu, siapa yang memerintahkan untuk menembak Iran," katanya.
Berbicara tentang Trump, Tillerson mengatakan presiden AS ke-45 itu orang yang tidak disiplin, tidak suka membaca laporan luar negeri, atau tidak suka dengan hal-hal detail. Beberapa bagian dari transkrip Tillerson tersebut telah dihapus.
Gedung Putih langsung bereaksi dengan kesaksian Tillerson tersebut. Mereka mengatakan apa yang dikatakan Tillerson itu bohong dan upaya murahan untuk menulis ulang sejarah.
"Dugaan 'makan malam' yang harusnya membicarakan blokade tidak pernah terjadi, dan baik Jared atau siapa pun di Gedung Putih tidak pernah terlibat dalam blokade, Gedung Putih beroperasi di bawah mandat Menteri Luar Negeri yang pada saat itu Tillerson, yang akan dan harusnya tahu apa yang timnya kerjakan," kata juru bicara Gedung Putih Hogan Gidley.