Sabtu 29 Jun 2019 09:00 WIB

Vietnam Ingin Perdagangan Bebas dan Adil dengan AS

Presiden AS Donald Trump mengancam produk Vietnam akan dikenai tarif masuk.

Para pemimpin negara ASEAN dari kiri, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi, Presiden Filipina Rodrigo Duterte, PM Singapura Lee Hsien Loong, PM Thailand Prayuth Chan-ocha, PM Vietnam Nguyen Xuan Phuc,Sultan Brunei Sultan Hassanal Bolkiah, PM Kamboja Hun Sen, Presiden Indonesia Joko Widodo, dan PM Laos Thongloun Sisoulith di KTT ASEAN di Bangkok, Thailand, Ahad (23/6).
Foto: AP Photo/Gemunu Amarasinghe
Para pemimpin negara ASEAN dari kiri, Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad, Pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi, Presiden Filipina Rodrigo Duterte, PM Singapura Lee Hsien Loong, PM Thailand Prayuth Chan-ocha, PM Vietnam Nguyen Xuan Phuc,Sultan Brunei Sultan Hassanal Bolkiah, PM Kamboja Hun Sen, Presiden Indonesia Joko Widodo, dan PM Laos Thongloun Sisoulith di KTT ASEAN di Bangkok, Thailand, Ahad (23/6).

REPUBLIKA.CO.ID, HANOI -- Vietnam mengatakan bahwa pihaknya berkomitmen untuk perdagangan bebas dan adil dengan Amerika Serikat. Pernyataan yang dilansir pada  Jumat (28/6) itu keluar menyusul ancaman Presiden AS Donald Trump untuk mengenakan tarif pada produk-produk dari negara Asia Tenggara itu di tengah perang dagang yang sedang berlangsung dengan China.

Trump mengatakan pada Rabu (26/6/) bahwa pemerintahnya sedang berdiskusi dengan Vietnam mengenai perdagangan, tetapi mengatakan bahwa Hanoi memperlakukan Amerika Serikat "lebih buruk" daripada China dalam hal perdagangan. Menanggapi komentar tersebut, juru bicara Kementerian Luar Negeri Vietnam Le Thi Thu Hang mengatakan pada Jumat (28/6) bahwa Vietnam menginginkan hubungan perdagangan yang saling menguntungkan dengan Amerika Serikat.

Baca Juga

"Vietnam berupaya untuk melanjutkan hubungan ekonomi, perdagangan, dan investasi dengan Amerika Serikat yang mempromosikan kebebasan dan keadilan, berdasarkan pada saling menguntungkan," kata Hang dalam sebuah pernyataan melalui surat elektronik.

"Vietnam telah melakukan upaya untuk meningkatkan neraca perdagangan bilateral dan meningkatkan impor barang-barang AS yang dibutuhkan Vietnam," kata Hang.

Pernyataan itu juga menunjukkan upaya Vietnam baru-baru ini untuk menindak barang-barang asal luar negeri yang secara ilegal diberi label "Made in Vietnam" oleh eksportir yang berupaya menghindari tarif. Pasar ekspor terbesar Vietnam adalah Amerika Serikat, yang memiliki surplus perdagangan yang tumbuh dengan cepat.

Pertumbuhan ekonomi negara itu tetap kuat pada kuartal kedua, didukung oleh ekspor yang kuat dan investasi asing di tengah perang perdagangan yang sedang berlangsung antara Washington dan Beijing.

Menyusul pertemuan antara Perdana Menteri Vietnam Nguyen Xuan Phuc dan Trump di sela-sela KTT Kelompok 20 (G20) dua hari di Jepang pada Jumat (28/6), Vietnam mengatakan akan mengimpor lebih banyak gas alam cair (LNG) dari Amerika Serikat. Kementerian Perindustrian dan Perdagangan Vietnam dan Departemen Energi AS akan segera menandatangani nota kesepahaman tentang impor LNG, kata pemerintah Vietnam dalam sebuah pernyataan, yang juga dikeluarkan pada Jumat (28/6)

Pernyataan itu tidak merinci berapa banyak LNG akan diimpor, tetapi mengatakan itu adalah "kerja sama energi jangka panjang dan strategis". Ekspor ke AS dari Vietnam, yang disebut-sebut sebagai salah satu penerima manfaat terbesar dari perang dagang, naik 29 persen dalam lima bulan pertama tahun ini, menurut data bea cukai Vietnam.

Vietnam mengalami surplus perdagangan sebesar 17 miliar dolar AS dengan AS dalam lima bulan pertama tahun ini, dibandingkan dengan surplus tahun lalu sebesar 12,9 miliar dolar AS pada periode yang sama, menurut data.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement