Sabtu 29 Jun 2019 15:32 WIB

Mata Uang Digital Facebook, Libra Ancam Perbankan Global

Mata uang digital juga berpotensi menciptakan masalah privasi data

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ichsan Emrald Alamsyah
Facebook
Foto: EPA
Facebook

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Facebook berencana mengoperasikan mata uang digitalnya sendiri yang diberi nama Libra. Namun, Organisasi yang mewakili bank Sentral Dunia menilai rencana tersebut dapat menimbulkan risiko bagi sistem perbankan internasional sehingga akan memicu respons cepat dari para pembuat kebijakan global.

Meskipun langkah baru dari perusahaan teknologi besar seperti Facebook, Amazon dan Alibaba ke dalam jasa keuangan dapat mempercepat transaksi dan memangkas biaya. Akan tetapi langkah ini juga dapat merusak stabilitas sistem perbankan yang baru saja pulih dari jatuhnya di tahun 2008.

Bank for International Settlements (BIS) melalui para pakar teknologinya mengatakan, bahwa meskipun ada potensi manfaat yang akan dibuat, adopsi mata uang digital di luar sistem keuangan saat ini dapat mengurangi persaingan bahkan menciptakan masalah privasi data. "Tujuannya adalah untuk menanggapi masuknya teknologi besar ke dalam jasa keuangan, sehingga mendapatkan keuntungan sambil membatasi risiko," kata Hyun Song Shin, penasihat ekonomi dan kepala penelitian di BIS, Hyun Song Shin dilansir Guardian, Sabtu (29/6).

Menurutnya, kebijakan publik perlu dibangun di atas pendekatan yang lebih komprehensif. Yakni mengacu pada regulasi keuangan, kebijakan kompetisi, dan regulasi privasi data.

Peringatan dari BIS ini datang hanya beberapa hari setelah Facebook mengumumkan akan meluncurkan mata uang digital sendiri, Libra pada tahun 2020 mendatang. Adanya rencana tersebut  akan memungkinkan miliaran penggunanya melakukan transaksi keuangan di seluruh dunia dalam suatu langkah. Hal itu pun dinilai berpotensi mengguncang sistem perbankan dunia.

Salah satu pendiri Facebook, Chris Hughes pekan lalu menyatakan kekhawatiran yang diungkapkannya soal perpindahan teknologi besar ke keuangan digital. Ia bahkan memperingatkan bahwa Libra dapat mengalihkan kekuasaan ke tangan yang salah.

Hughes, yang merupakan ketua bersama Proyek Keamanan Ekonomi (sebuah kelompok kampanye anti-kemiskinan) memprediksi jika berhasil, Libra akan menyerahkan banyak kontrol kebijakan moneter dari bank sentral ke perusahaan swasta ini. "Jika regulator global tidak bertindak sekarang, itu bisa sangat terlambat," katanya.

Sementara Shin mengatakan, para pembuat kebijakan perlu mempertimbangkan apakah sistem saat ini akan lebih disukai daripada sistem yang lebih kompetitif di mana biaya transaksi lebih rendah namun ketahanan sistem keuangan kurang  terkenal. Saat ini sistem yang digunakan memungkinkan bank untuk membebani lebih banyak dan membangun cadangan untuk melindungi diri sendiri pada saat krisis.

Perusahaan teknologi lain yang memasuki dunia keuangan termasuk Alibaba dan eBay, masing-masing menawarkan layanan pembayaran Alipay dan PayPal. Beberapa teknologi besar juga sudah mulai menawarkan produk asuransi. Produk itu menggunakan platform mereka sebagai saluran distribusi untuk produk pihak ketiga, termasuk asuransi mobil dan kesehatan. 

Sementara, ada lagi perusahaan lain yang berkelana ke dalam bidang pinjaman dana, terutama untuk usaha kecil dan konsumen, biasanya meminjamkan sejumlah kecil untuk periode yang singkat.

Secara umum, teknologi telah membuat terobosan yang lebih besar yang ketentuan pembayarannya terbatas dan bisa melalui telepon seluler. Misalnya, karena sebagian besar populasi di negara-negara berkembang masih belum memiliki rekening bank, tingkat kepemilikan telepon seluler yang tinggi telah memungkinkan pengiriman digital dari layanan keuangan penting, termasuk pembayaran tanpa uang tunai.

Cara itu menyasar rumah tangga yang sebelumnya tidak memiliki rekening bank, serta perusahaan kecil dan menengah. Terobosan telah terjadi terutama di Cina dan juga berkembang pesat di Asia Tenggara, Afrika Timur, dan Amerika Latin.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement