REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL--Warga Korea Selatan (Korsel) skeptis dengan pertemuan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump dan Pemimpin Korea Utara (Korut) di perbatasan Korsel-Korut yang dikenal dengan Demilitarized Zone (DMZ). Keduanya berjanji untuk menuntaskan kebuntuan negosiasi denuklirisasi Semenanjung Korea.
Seorang pegawai dari Suwon, Kim Dea-won mengatakan pertemuan Trump-Kim itu dibuat untuk tontonan televisi. Menurutnya mereka tetap gagal menghilangkan perbedaan fundamental antara Washington dan Pyongyang seperti yang terlihat dalam pertemuan Hanoi bulan Februari lalu.
"(Presiden Korsel) Moon Jae-in bersikeras berada dikursi pengemudi dalam proses ini tapi sekarang ia terlihat hanya meminjamkan mobilnya ke Trump dan Kim Jong-un," kata Kim Dae-won, Ahad (30/6).
Kim Dae-won mengatakan dinaikannya bendera Korut dan AS di sisi Korsel menyimbolkan bagaimana Seoul terpinggirkan dalam proses mengakhiri kebuntuan denuklirisasi. Walaupun mereka memiliki andil besar dalam pertemuan pertama Trump dan Kim pada akhir Juni tahun lalu di Singapura.
"Dengan Kim Jong-un, ciutan (Trump) lebih bekerja dibandingkan saluran khusus," kata laki-laki 40 tahun itu.
Ia menyinggung tentang sambungan telpon khusus antara pemimpin Korsel dan Korut yang dibangun tahun lalu. Tapi sambanguan itu tidak pernah digunakan. Sementara itu Choi Yong-chul, seorang pengusaha berusia 65 tahun mengatakan baik Trump maupun Moon sama-sama fokus dengan kepentingan politik domestik mereka dibandingkan mengejar kemajuan subtansial dalam negosiasi nuklir.
Moon memang menemani Trump ke DMZ tapi ia tidak ikut berbicara dengan Kim Jong-un. Kini Trump sedang menghadapi kampanye pemilihan presiden untuk periode kedua, sementara tahun depan Moon juga menghadapi pemilihan legislatif.
"Saya pikir (pertemuan itu) sebuah event satu kali agar Trump terpilih kembali," kata Choi.