Senin 01 Jul 2019 18:18 WIB

Cina Desak Inggris Berhenti Campuri Urusan Hong Kong

Hong Kong merupakan wilayah bekas jajahan Inggris yang telah diserahkan ke Cina.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Seorang demonstran memegang bendera hitam sebagai simbol dukacita bagi Hong Kong dalam protes di Hong Kong, Senin (1/7).
Foto: AP Photo/Kin Cheung
Seorang demonstran memegang bendera hitam sebagai simbol dukacita bagi Hong Kong dalam protes di Hong Kong, Senin (1/7).

REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING – Pemerintah Cina mendesak Inggris untuk berhenti mencampuri urusan domestik Hong Kong. Beijing menilai, Inggris tak lagi memiliki tanggung jawab atas wilayah bekas jajahannya tersebut.

“Baru-baru ini Inggris terus menerus menggerakkan tangan tentang Hong Kong, secara kentara mencampuri. Kami sangat tidak puas dengan hal ini dan sangat menentang,” kata juru bicara Kememterian Luar Negeri Cina Geng Shuang pada Senin (1/7).

Baca Juga

Dia mengungkapkan hak dan kewajiban Inggris atas Hong Kong berdasarkan deklarasi bersama telah berakhir. “Inggris tak memiliki tanggung jawab atas Hong Kong. Masalah-masalah Hong Kong adalah murni urusan dalam negeri Cina. Tidak ada negara asing yang memiliki hak untuk ikut campur,” ujarnya.

“Kami mendesak Inggris untuk mengetahui tempatnya dan berhenti mencampuri segala bentuk masalah Hong Kong serta berbuat lebih banyak untuk kemakmuran dan stabilitas daripada sebaliknya,” kata Geng.

Dua tahun lalu Cina mengumumkan bahwa deklarasi bersama, yang meletakkan cetak biru tentang bagaimana Hong Kong akan diperintah setelah kembali padanya, adalah dokumen sejarah yang tak lagi memiliki makna praktis. Namun, Menteri Luar Negeri Inggris Jeremy Hunt, pada Ahad (30/6), menyatakan bahwa deklarasi itu tetap berlaku dan merupakan perjanjian sah secara hukum yang dijunjung tinggi komitmennya.

Menjelang peringatan 22 tahun serah terima dokumen deklarasi bersama, Hunt menyoroti gelombang demonstrasi yang hingga kini masih mendera Hong Kong. Dia mengatakan aksi massa untuk menolak rancangan undang-undang (RUU) ekstradisi membuatnya semakin penting untuk menegaskan kembali komitmen Inggris terhadap deklarasi bersama tak tergoyahkan.

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement