REPUBLIKA.CO.ID, PARIS -- Setidaknya tujuh kematian terkait panas telah dilaporkan saat suhu memecahkan rekor di Eropa pada akhir pekan lalu. Tiga orang di Italia, dua di Spanyol, dan dua pengendara sepeda di Prancis termasuk di antara kematian gelombang panas yang tercatat sejak Kamis (27/6).
Seorang pengendara sepeda berusia 53 tahun ikut serta dalam kompetisi di wilayah Ariege selatan Prancis pada hari Sabtu (28/6), tetapi jatuh dan meninggal setelah merasa tidak sehat. Beberapa peserta lain juga menjadi tidak sehat karena panas, yang menyebabkan perlombaan dihentikan.
Di Frankfurt, Jerman, seorang wanita yang memimpin lomba ketahanan Iron Man runtuh dalam jarak satu kilometer dari garis finish, dan harus dibawa keluar jalur. Dia mengatakan dia merasa lebih baik dalam konferensi pers pasca-perlombaan, tetapi dia tidak dapat mengingat beberapa kilometer terakhir dari perlombaan.
Sebastian Kienle, pesaing yang berada di urutan kedua dalam kompetisi putra, mengatakan rasanya seperti perlombaan melawan pemanasan global.
"Anda bisa menggoreng telur di kepala saya, "katan Kienle dilansir di Sky News, Senin (1/7).
Gelombang panas empat hari, yang disebabkan oleh udara panas dari Sahara. Hal ini membuat Prancis memecahkan rekor suhu nasional sepanjang masa pada hari Jumat, dan timbulnya kebakaran besar di Spanyol.
Pada hari Ahad (30/6) gelombang panas menunjukkan tanda-tanda penurunan ketika biro cuaca nasional mulai menurunkan peringatan bahaya dari tingkat ekstrem, dan kebakaran hutan perlahan-lahan dikendalikan.
Ini meninggalkan api di Spanyol tengah yang telah terbakar hingga 20 km persegi sejak Jumat yang masih belum stabil. Hanya dua dari 50 provinsi Spanyol yang masih dalam tingkat siaga tertinggi, yang turun dari lima provinsi.
Prancis akan mengalami penurunan suhu secara bertahap, dan larangan mobil yang lebih tua karena polusi terkait panas akan dicabut. Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) pekan lalu mengatakan bahwa gelombang panas Eropa sangat terkait dengan dampak emisi gas rumah kaca.