Rabu 03 Jul 2019 02:20 WIB

Gelombang Panas di Eropa karena Perubahan Iklim

Suhu di Eropa mencapai titik tertinggi pada akhir Juni.

Rep: Febryan A/ Red: Friska Yolanda
Orang-orang mendinginkan diri di Sungai Vistula saat gelombang panas menyerang Warsawa, Polandia, Ahad (30/6).
Foto: AP Photo/Czarek Sokolowski
Orang-orang mendinginkan diri di Sungai Vistula saat gelombang panas menyerang Warsawa, Polandia, Ahad (30/6).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Sejumlah negara di Eropa dilanda gelombang panas pada pekan lalu. Para ilmuwan memperkirakan, gelombang panas yang memecahkan rekor suhu tertinggi itu disebabkan oleh perubahan iklim.

Kehadiran gelombang panas ini pada Juni lalu diluar prediksi banyak pihak. Karena gelombang panas yang lebih tingga empat derajat celcius dari biasanya itu, tiba lebih awal dan lebih panas. 

Baca Juga

Bahkan di sejumlah negara, rekor suhu terpanas dipecahkan oleh gelombang panas pada akhir Juni itu. Seperti di Prancis pada Jumat lalu, suhu di Gallargues-le-Montueux, Prancis Selatan, lebih tinggi 1,5 derajat dari dari rekor suhu terpanas sebelumnya.

Akibat kenaikan suhu di Prancis pada pekan lalu tersebut, para siswa terpaksa diliburkan dan ujian para siswa harus ditunda. Bahkan Menteri Kesehatan Prancis Agnes Buzyn, megatakan bahwa 'semua orang dalam bahaya'. 

"Suhu 45,9 derajat celsius pada Jumat lalu merupakan rekor terbaru di Prancis. Tanpa penaggulangan perubahan iklim, suhu di Prancis sangat mungkin mencapai 50 derajat celsius atau lebih pada akhir abad 21," kata Ilmuan Senior di CNRS Prancis, Dr Robert Vutard, seperti diberitakan BBC News, Rabu (3/7).

Kenaikan suhu yang memecahkan rekor itu juga terjadi di Swis, Austria, Jerman dan Spanyol. Secara global, memang pada Juni lalu adalah rekor suhu tertingi.

Sejumlah peniliti dari Wolrd Weather Attribution Group melalukan penelitian mengenai hubungan antara faktor manusia dalam perubahan iklim dan gelombang panas. Para peneliti itu membandingkan data suhu pada bulan Juni dengan model iklim yang memungkinkan mereka melihat bagaimana perubahan iklim tanpa adanya faktor manusia.

Mereka menemukan, kemungkinan memiliki gelombang panas di Prancis telah meningkat sebanyak lima kali. Tapi ia juga mengatakan, ada peluang kemungkinannya mejadi 100 kali lipat. 

"Kami sangat yakin bahwa batas bawah sebanyak 5 kali kemungkinan itu valid, tetapi kami tidak yakin kami bisa mengatakan lebih dari itu," ungkap Peneliti Senior di Royal Netherlands Meteoroligical Institute, Dr Geert Jan van Oldenborgh.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement