Rabu 03 Jul 2019 08:17 WIB

Pentagon Sebut Peluncuran Rudal Cina Mengganggu

China menguji beberapa rudal balistik anti-kapal selama akhir pekan.

Rep: Fergi Nadira/ Red: Ani Nursalikah
Kepulauan-kepualauan kecil di kawasan Laut Cina Selatan, daerah ini sudah lama menjadi sumber konflik antarsejumlah negara di Asia.
Foto: AP
Kepulauan-kepualauan kecil di kawasan Laut Cina Selatan, daerah ini sudah lama menjadi sumber konflik antarsejumlah negara di Asia.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pentagon mengatakan peluncuran rudal China di Laut China Selatan (LCS) sangat mengganggu. Beberapa waktu lalu, rudal yang diluncurkan dinilai bertentangan dengan janji Cina, sebab tidak akan militerisasi jalur air yang disengketakan.

Laut Cina Selatan adalah salah satu dari banyaknya titik tumpu dalam hubungan AS-Cina, di antara perang dagang, sanksi AS, dan Taiwan. Cina dan Amerika Serikat (AS) telah berulang kali memanas atas apa yang Washington katakan adalah militerisasi Beijing atas Laut Cina Selatan dengan membangun instalasi militer di pulau-pulau buatan dan terumbu karang.

Baca Juga

Seorang pejabat AS, berbicara dengan syarat anonim, mengatakan, Cina menguji beberapa rudal balistik anti-kapal selama akhir pekan. Sementara, juru bicara Pentagon Letnan Kolonel Dave Eastburn mengatakan mengetahui peluncuran rudal Cina dari struktur buatan manusia di Laut Cina Selatan dekat Kepulauan Spratly.

"Saya tidak akan berbicara atas nama semua negara berdaulat di kawasan ini, tapi saya yakin mereka setuju perilaku Cina bertentangan dengan klaimnya ingin membawa perdamaian ke kawasan itu dan jelas tindakan seperti ini adalah pemaksaan. Tindakan yang dimaksudkan untuk mengintimidasi penuntut lain (Laut Cina Selatan)," ujar Eastburn

Cina mengklaim jalur di Laut China Selatan bernilai sekitar lima triliun dolar AS melewati jalur perdagangan kapal. Hal itu ditantang setiap tahun oleh Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam. Berita tentang uji coba rudal Cina pertama kali dilaporkan oleh NBC News.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement