Rabu 03 Jul 2019 12:42 WIB

Kebisuan Media Cina

Beijing berusaha meredam berita aksi protes di Hong Kong.

 Massa pengunjuk rasa penentang rancangan undang-undang ekstradiksi berhasil masuk ke dalam gedung legislatif Hong Kong, Senin (1/7).
Foto: AP/Kin Cheung
Massa pengunjuk rasa penentang rancangan undang-undang ekstradiksi berhasil masuk ke dalam gedung legislatif Hong Kong, Senin (1/7).

REPUBLIKA.CO.ID,

Oleh Rizky Zaramaya

Aksi protes yang berujung perusakan gedung parlemen di Hong Kong memang ditayangkan berbagai media internasional. Namun, hal ini berbeda dengan Cina.

Beijing berusaha meredam berita aksi protes yang bertepatan dengan perayaan ke-22 penyerahan Hong Kong dari Inggris ke Pemerintah Cina pada Senin (1/7). Bahkan, Cina berupaya memblokir maupun menghapus berita-berita yang berkaitan dengan aksi protes di Hong Kong. Mereka khawatir demonstrasi besar tersebut dapat menginspirasi aksi serupa di Cina daratan.

Saluran berita asing hanya tersedia di hotel-hotel mewah dan apartemen mewah di Cina. Surat kabar pemerintah di Cina menyerukan tidak ada toleransi terhadap aksi protes Hong Kong yang berujung anarkistis.

Dalam editorialnya, surat kabar pemerintah, Global Times, menyatakan demonstran menunjukkan kepongahan. "Penyerang kejam ini dalam kesombongan mereka tidak mengindahkan hukum Hong Kong, tidak diragukan lagi membangkitkan kemarahan dan kesedihan semua orang di kota Hong Kong," kata editorial surat kabar itu, Selasa (2/7).

Media Pemerintah Cina menyiarkan cuplikan rekaman polisi Hong Kong yang sedang mensterilkan jalan-jalan dari pengunjuk rasa pada Selasa pagi. Polisi berupaya membuka kembali jalan-jalan agar kegiatan bisnis dapat berlangsung.

Di sisi lain, aksi protes tersebut menjadi sebuah ajang diskusi yang ramai di media sosial Cina. Pengguna Weibo mengutarakan pendapatnya terhadap aksi massa di Hong Kong. Weibo merupakan aplikasi media sosial di Cina yang mirip dengan Twitter.

"(Aksi protes) Hong Kong menunjukkan Cina tidak dapat mengikuti sistem politik Barat. Terlalu mudah untuk dimanipulasi dan menimbulkan kekacauan," tulis salah seorang pengguna Weibo. (ap/reuters ed:yeyen rostiyani)

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement