Rabu 03 Jul 2019 14:01 WIB

Maduro Bertekad Selesaikan Krisis Politik Venezuela

Maduro menawarkan pembicaraan kembali dengan pihak oposisi Venezuela.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nur Aini
Nicolas Maduro
Foto: EPA-EFE/Miguel Gutierrez
Nicolas Maduro

REPUBLIKA.CO.ID, CARACAS – Presiden Venezuela Nicolas Maduro berkomitmen melakukan pembicaraan dengan pihak oposisi guna menyelesaikan krisis politik di negaranya. Hal tersebut dia utarakan setelah pemimpin oposisi Juan Guaido mengisyaratkan enggan melakukan pembicaraan.

Dalam sebuah pidato yang disiarkan stasiun televisi pemerintah Selasa (2/7) malam waktu setempat, Maduro menyinggung tentang pembicaraan yang telah digelar Oslo, Norwegia, pada Mei lalu. Meskipun tak mencapai kesepakatan apa pun dengan oposisi, tetapi dia masih berkomitmen melakukan negosiasi.

Baca Juga

Menurutnya, pembicaraan tersebut bertujuan menciptakan meja permanen untuk dialog serta solusi. “Proses itu berjalan dengan baik. Akan ada kabar baik di pekan-pekan mendatang tentang seberapa baik proses kontak, negosiasi, dan pra-kesepakatan berjalan,” kata Maduro.

Kendati demikian, Juan Guaido mengungkapkan tidak ada pernyataan resmi bahwa pihaknya akan menghadiri babak baru pembicaraan. Dia menilai tidak akan pernah ada waktu yang baik untuk bernegosiasi dengan seorang diktator. “Ini tidak akan menjadi saat yang baik untuk bermediasi dengan penculik, pelanggar hak asasi manusia (HAM), dan kediktatoran,” ujarnya.

Pada Mei lalu, Maduro dan Guaido mengirim delegasi untuk menghadiri pembicaraan Oslo. Beberapa detail telah dirilis tentang perundingan, salah satunya meminta konstitusi Venezuela mengecam penyelenggaraan pemilu pada Mei 2018 yang dimenangkan Maduro. Oposisi mengklaim pemilu tersebut tidak sah.

Krisis politik Venezuela dimulai sejak Januari lalu. Saat itu, ribuan warga di sana turun ke jalan dan menyerukan agar Maduro mundur dari jabatannya. Di tengah-tengah momen tersebut, Guaido mendeklarasikan dirinya sebagai presiden sementara Venezuela. Langkahnya memperoleh dukungan dari Amerika Serikat (AS). Washington memang tak menjalin hubungan baik dengan Maduro.

Berlanjutnya krisis membuat sejumlah negara, termasuk Uni Eropa, menyerukan agar Venezuela menggelar pemilu ulang. Namun, gagasan tersebut ditentang oleh Maduro. Penolakan tersebut membuat banyak negara Eropa akhirnya mendukung kepemimpinan Guaido atas negara tersebut.

Pada 30 April dan 1 Mei lalu, ribuan massa atau simpatisan oposisi kembali menggelar aksi demonstrasi di Caracas. Mereka masih menuntut hal yang sama, yakni pengunduran diri Maduro sebagai presiden. Aksi itu digerakkan oleh Guaido.

Maduro menuduh bahwa aksi itu adalah percobaan kudeta oleh oposisi yang didukung AS. Ia pun menegaskan bahwa upaya kudeta tersebut berhasil digagalkan. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement