REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Kantor Berita Pusat Korea Utara (KCNA) mengatakan mahasiswa Australia Alek Sigley, melakukan kegiatan mata-mata, Sabtu (6/7).
Sigley menghilang sekitar dua pekan lalu. Hal itu mendorong kekhawatiran mendalam tentang nasibnya.
Namun, ia dibebaskan dan terbang ke Jepang pada Kamis lalu. "Investigasi mengungkapkan atas dorongan NK News dan media anti-Korut lainnya, ia beberapa kali menyerahkan data dan foto yang ia kumpulkan dan analisis sambil menyisir Pyongyang dengan menggunakan kartu identitas mahasiswa asing," kata KCNA.
KCNA menambhakan Sigley mengakui tindakan mata-matanya dan berulang kali meminta pengampunan. "Pemerintah Korut menunjukkan kesabaran kemanusiaan dan mendeportasinya pada 4 Juli," laporan itu mengatakan, dilansir di Channel News Asia, Sabtu.
Dalam sebuah pernyataan email pada Jumat, Sigley tidak menyebutkan alasan penahanannya atau apa yang terjadi padanya. "Saya sekarang bermaksud kembali ke kehidupan normal," katanya.
Ia mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Swedia dan Australia atas bantuan membebaskannya. "Aku hanya ingin semua orang tahu aku baik-baik saja. Aku sangat senang bisa kembali dengan istriku, Yuka, dan telah berbicara dengan keluargaku di Perth untuk meyakinkan mereka aku baik-baik saja," katanya.
(3/3) This restaurant by the way does Italian food such as pizza and pasta pretty well.
(3/3) 그나저나 이 식당은 삐짜, 스빠게띠를 비롯한 이딸리아료리를 잘 한다. pic.twitter.com/GZHx3dMGhh
— Alek Sigley (@AlekSigley) June 19, 2019
Otoritas Swedia memainkan peran penting karena Australia tidak memiliki kehadiran diplomatik di Korut dan bergantung pada negara lain untuk bertindak atas namanya. Diplomat Swedia yang membantu mengamankan pembebasan Sigley, Kent Harstedt, mengatakan kepada Reuters melalui telepon dia tidak dapat mengungkapkan rincian penahanan.
Sigley, yang fasih berbahasa Korea, adalah satu dari sedikit orang Barat yang belajar di Pyongyang. Dia mengorganisasi tur ke Korut dan mengelola sejumlah situs media sosial yang biasanya memiliki aliran konten apolitis tentang kehidupan di salah satu negara paling rahasia di dunia itu.
Unggahan blognya fokus pada Pyongyang setiap hari, mulai dari tempat makan kota hingga ulasan aplikasi Korut. Ia menikahi istrinya yang merupakan warga Jepang di sana tahun lalu. Pemerintah Australia telah memperingatkannya tidak kembali ke Korut.