REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah memecat Gubernur Bank Sentral Murat Cetinkaya dan menggantikan dengan wakilnya. Tidak ada alasan resmi diberikan untuk pemecatan Murat Cetinkaya yang telah memegang posisi itu sejak April 2016.
Pemecatan itu terjadi di tengah laporan ketidaksepakatan atas suku bunga yang ingin diturunkan pemerintah dalam upaya mendorong pertumbuhan ekonomi. Pengumuman itu telah memicu kekhawatiran baru atas independensi bank sentral.
Seperti dikutip dari BBC, Erdogan menyerukan agar suku bunga diturunkan. Ia mengklaim, suku bunga yang tinggi menyebabkan inflasi dan percaya bahwa menurunkannya akan meningkatkan pertumbuhan.
Tetapi, bank sentral pada September malah menaikkan suku bunga acuannya dari 17,5 persen menjadi 24 persen, dengan alasan, hal itu akan membantu memerangi inflasi dan meningkatkan nilai tukar mata uang Turki, Lira.
"Sikap ketat dalam kebijakan moneter akan dipertahankan dengan tegas sampai prospek inflasi menunjukkan peningkatan yang signifikan", katanya saat itu.
Lira telah mencapai rekor terendah dalam setahun terakhir yang memiliki efek dalam kenaikan harga untuk banyak barang sehari-hari. Sikap Erdogan tentang suku bunga - dan dianggap campur tangan politik dengan bank sentral. Langkah Erdogan menuai kecaman dan membuat penurunan nilai lira.
Upaya pemulihan nilai lira sejauh ini pada 2019 gagal melindungi partai Erdogan dari kekalahan di sejumlah daerah pemilihan. Erdogan telah kehilangan kendali atas Istanbul.
Dua sumber pemerintah mengatakan kepada kantor berita Reuters pada Sabtu bahwa ketidaksepakatan mengenai kebijakan moneter semakin meningkat dalam beberapa bulan terakhir.
Dikatakan bahwa Erdogan dan Menteri Keuangan Berat Albayrak secara pribadi menuntut pengunduran diri Cetinkaya, tetapi ia menolak, dengan alasan independensi bank sentral. Mr Cetinkaya yang masa jabatannya empat tahun akan berakhir pada 2020 sekarang akan digantikan oleh wakilnya, Murat Uysal.
Beberapa pihak mengkhawatirkan independensi bank setelah pengumuman tersebut. "Memberhentikan gubernur bank sentral dengan cara ini akan memberikan pukulan besar pada struktur kelembagaan, kapasitas dan independensinya," kata Ibrahim Turhan, mantan wakil gubernur bank sentral, menulis di Twitter.