Ahad 07 Jul 2019 17:50 WIB

AS Klaim Proses Perdamaian Afghanistan Alami Kemajuan

Utusan AS untuk Rekonsiliasi Afghanistan berunding dengan pemimpin Taliban.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Andri Saubani
[ilustrasi] Pejabat Taliban masuk ke lift ketika mereka menghadiri pembicaraan intra-Afghanistan di Moskow, Rusia, Rabu(6/2/2019).
Foto: AP / Pavel Golovkin
[ilustrasi] Pejabat Taliban masuk ke lift ketika mereka menghadiri pembicaraan intra-Afghanistan di Moskow, Rusia, Rabu(6/2/2019).

REPUBLIKA.CO.ID, DOHA – Utusan Amerika Serikat (AS) untuk Rekonsiliasi Afghanistan Zalmay Khalilzad mengatakan, telah mencapai kemajuan substansial dalam pembicaraan dengan Taliban. Dia menyebut pembicaraan dengan para pemimpin Taliban selama enam hari di Doha, Qatar, merupakan sesi paling produktif hingga saat ini.

Khalilzad mengungkapkan, kemajuan substantif dibuat pada empat poin utama perjanjian perdamaian. Yakni, jaminan kontra-terorisme, penarikan pasukan asing, partisipasi dalam dialog dan negosiasi intra-Afghanistan, serta gencatan senjata permanen dan komprehensif.

Baca Juga

“Kami menghentikan pembicaraan hari ini untuk mendukung dialog intra-Afghanistan (konferensi intra-Afghanistan untuk perdamaian), tonggak penting dalam #AfghanPeaceProcess,” kata Khalilzad melalui akun Twitter pribadinya pada Sabtu (6/7), dikutip laman Anadolu Agency.

Menurut dia, masih ada pekerjaan penting yang harus dilakukan sebelum membuat perjanjian perdamaian. “Kami akan melanjutkan pada tanggal 9 (Juli) setelah dialog (intra-Afghanistan),” ujarnya.

Dialog intra-Afghanistan digelar selama dua hari di Doha. Ia dijadwalkan dimulai pada Ahad (7/7). Sejumlah politikus Afghanistan aktivis masyarakat sipil, termasuk jurnalis, mengikuti kegiatan tersebut. Pembicaraan intra-Afghanistan merupakan momen yang jarang terjadi. Sebab Taliban diketahui selalu menolak berbicara dengan perwakilan Pemerintah Afghanistan. 

Kendati demikian, juru bicara kantor Taliban di Qatar, Suhail Shaheen, juga mengaku senang dengan perkembangan yang telah tercapai. “Kami puas dengan kemajuan dan berharap poin yang tersisa akan segera diselesaikan. Kami belum menghadapi hambatan besar sejauh ini,” ucapnya.

Konflik sipil di Afghanistan telah berlangsung lebih dari satu dekade. Selama periode tersebut, menurut PBB, sebanyak 32 ribu warga sipil telah tewas dan 60 ribu lainnya mengalami luka-luka.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement