Ahad 07 Jul 2019 23:50 WIB

Iran Bantah Tankernya Berlayar Menuju Suriah

Tanker Grace I ditahan Inggris di Selat Gibraltar.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nashih Nashrullah
Tanker (Ilustrasi).
Foto: VOA
Tanker (Ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Wakil Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araqchi membantah bahwa kapal tanker milik negaranya yang ditahan Marinir Kerjaan Inggris di Selat Gibraltar sedang melakukan perjalanan menuju Suriah. Namun dia tak menyebut ke mana tujuan akhir kapal tersebut.

“Terlepas dari apa yang diklaim Pemerintah Inggris, target dan tujuan kapal tanker ini bukan Suriah. Pelabuhan yang mereka sebutkan di Suriah pada dasarnya tak memiliki kapasitas untuk kapal super-tanker seperti itu,” kata Araqchi dalam sebuah pidato pada Ahad (7/7).

Baca Juga

Dia mengatakan, kapal Grace 1 yang ditahan Inggris, memiliki kapasitas untuk mengangkut dua juta barel minyak. Oleh sebab itu, dia melakukan perjalanan melalui Selat Gibraltar daripada Terusan Suez.

Karena melintasi perairan internasional, menurut Araqchi, Inggris tak memiliki dasar hukum untuk menahan Grace 1. “Dalam pandangan kami, penghentian kapal ini adalah perampokan laut dan kami ingin kapal tanker ini dibebaskan,” ujarnya.

Pada Kamis (4/7), Marinir Kerajaan Inggris menahan Grace 1 saat melintasi perairan Gibraltar. Hal itu dilakukan karena Inggris menduga kapal tersebut berusaha mengirim pasokan minyak ke Suriah.

Menurut otoritas Gibraltar, minyak yang diangkut Grace 1 akan dibawa ke kilang Baniya di Suriah. “Kilang itu adalah milik entitas yang dikenai sanksi Uni Eropa terhadap Suriah. Dengan persetujuan saya, agen pelabuhan dan penegak hukum kami meminta bantuan dari Marinir Kerajaan (Inggris) dalam melakukan operasi ini,” kata Kepala Menteri Gibraltar Fabian Picardo.

Pemerintah Gibraltar mengatakan telah menerima izin dari pengadilan tertinggi di sana untuk menahan Grace 1 selama 14 hari. Menanggapi hal itu, seorang komandan Garda Revolusi Iran mengancam akan melakukan tindakan serupa terhadap kapal Inggris sebagai bentuk pembalasan.

Eropa telah melarang pengiriman minyak ke Suriah sejak 2011, yakni tak lama setelah pecahnya perang sipil di negara tersebut. Kendati demikian, dia tak pernah menahan atau menyita kapal tanker yang dicurigai melakukan pelayaran ke sana sebelumnya. Berbeda dengan Amerika Serikat (AS), Eropa tak memiliki sanksi luas terhadap Iran.   

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement