REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Sekretaris Negara Amerika Serikat (AS), Mike Pompeo menyatakan Iran akan menghadapi sanksi lebih lanjut karena dugaan pelanggaran batas pengayaan uranium.
"Perluasan program nuklir Iran terbaru akan mengarah pada isolasi dan sanksi lebih lanjut," kata Pompeo di Twitter, dilansir Aljazirah, Senin (8/7).
Iran juga mengancam akan meninggalkan lebih banyak komitmennya dalam kesepakatan nuklir Iran 2015 atau Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), kecuali ada solusi ditemukan dengan pihak-pihak dalam perjanjian JCPOA. Kesepakatan tersebut sebelumnya bertujuan mencegah Iran untuk membuat bom atom. Dalam kesepakatan itu, Iran harus membatasi program nuklir dan mendapat inspeksi Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Sebagai gantinya, Iran menikmati pencabutan sebagian sanksi internasional.
Namun, Presiden AS Donald Trump menarik AS dari JCPOA tahun lalu. AS kemudian menerapkan kembali sanksi yang melemahkan ekonomi Iran. Padahal, Iran dinyatakan telah mematuhi kesepakatan nuklir. Menghadapi hal itu, Iran berupaya menekan pihak-pihak yang tersisa untuk menyelamatkan kesepakatan nuklir. Iran juga mengancam untuk melangkah lebih jauh dan meninggalkan lebih banyak komitmen nuklir kecuali mitra yang tersisa Inggris, Cina, Prancis, Jerman, dan Rusia membantunya menghindari sanksi.
Juru bicara badan atom Iran, Behrouz Kamalvandi mengatakan persiapan teknis untuk tingkat pengayaan baru akan selesai dalam beberapa jam dan pengayaan lebih dari batas 3,67 persen akan dimulai. "Dan besok (Senin) pagi-pagi sekali, ketika IAEA (pengawas nuklir PBB) mengambil sampel kita akan melampaui 3,67 persen," katanya kepada wartawan di Teheran.
Wakil menteri luar negeri Iran, Abbas Araghchi mengatakan Teheran akan terus mengurangi komitmennya setiap 60 hari. Namun, ini akan berbeda jika penandatangan pakta melindunginya dari sanksi AS yang diberlakukan oleh Trump.
Sementara itu, Iran membantah sedang membuat senjata nuklir. Kesepakatan nuklir berusaha mencegah hal itu dengan membatasi pengayaan dan persediaan uranium di Teheran 300 kilogram. Pada 1 Juli, pengawas Iran dan PBB mengakui Teheran telah mengumpulkan uranium yang lebih diperkaya lebih rendah daripada batas persediaan yang disepakati di bawah kesepakatan nuklir. Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif, dalam sebuah cicitan Twitter, menyatakan semua tindakan Teheran dapat dibalikkan jika negara-negara Eropa mendukung komitmen mereka.