Senin 08 Jul 2019 16:47 WIB

Kematian Sutopo Purwo Nughroho Tinggalkan Catatan Soal Perokok Pasif

Sutopo Purwo Nugroho wafat karena mengidap kanker paru-paru, meski ia bukan perokok.

Red:
abc news
abc news

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho meninggal dunia, Minggu siang (7/07) di Guangzhou karena mengidap kanker paru-paru, meski ia bukan seorang perokok.

Sutopo berangkat ke China untuk menjalani perawatan kanker paru-paru, yang saat itu sudah mencapai stadium 4B dan menyebar ke tulang dan organ tubuh lainnya.

Kepada ABC Indonesia ia pernah mengatakan "kaget" saat pertama kali tahu dirinya mengidap kanker di bulan Januari 2018 lalu, karena ia mengaku tidak merokok. "Setelah saya renungkan, saya bisa menerima kanker ini sebagai bagian perjalanan hidup saya. Saya terima ini dengan ikhlas," ujarnya.

Semasa hidupnya Sutopo mengaku dikelilingi dengan "orang di sekitar yang hampir semuanya merokok", meski ia tidak menyalahkan mereka. Hanya saja di akun Instagram miliknya, Sutopo pernah mengingatkan betapa bahayanya rokok.

"Perokok pasif saja bisa sakit kanker paru-paru seperti saya. Apalagi yang perokok aktif," tulisnya dengan sebuah video yang diunggahnya.

Desakan untuk kawasan tanpa rokok

Sebuah laporan badan kesehatan PBB, WHO mencatat penyakit terkait produk tembakau menjadi ancaman terbesar bagi kesehatan masyarakat yang pernah dihadapi dunia. Lebih dari 8 juta orang meninggal setiap tahunnya dengan 7 juta diantaranya adalah pengguna langsung produk tembakau, seperti perokok.

Sementara sekitar 1,2 juta orang meninggal setiap tahun di dunia karena mereka adalah perokok pasif. Demikian laporan bulan Mei 2019 tersebut menyebutkan.

"Ada 4.000 kandungan kimia dalam asap rokok, yang 250 jenis diantaranya diketahui berbahaya dan 50 lainnya menyebabkan kanker," tulis laporan WHO tersebut

Menanggapi masalah perokok pasif di Indonesia, Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) mengatakan menyediakan Kawasan Tanpa Rokok (KTR) adalah kebutuhan yang mendesak. Menurut Tulus Abadi, Ketua Pengurus Harian YLKI banyak pekerja pemerintahan, termasuk pejabat, yang diketahui merokok di tempat kerja yang tertutup.

"Ironisnya banyak kantor pemerintah dan pejabatnya yang tidak memberikan contoh," ujar Tulus dalam sebuah pernyataan menanggapi meninggalnya Sutopo.

Tak hanya itu, YLKI juga menganggap merokok di dalam rumah sebagai bentuk kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), karena telah dianggap menyebarkan racun mematikan ke seluruh penghuni rumah.

Memohon restu dan maaf

Jenazah Sutopo dimakamkan di TPU Sonolayu, di kota kelahirannya Boyolali, Jawa Tengah. Ribuan orang datang untuk menghadiri pemakamannya, termasuk Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo, yang hari Sabtu (6/07) datang ke Melbourne untuk tampil di Catatan Najwa Goes to Melbourne.

Tak mengherankan jika banyak yang merasa kehilangan dengan sosok Sutopo yang dianggap terus melayani warga meski dalam keadaan sakit, terutama saat terjadinya bencana. ''Masyrakat dan media perlu memperoleh informasi bencana secara cepat dan akurat. Saya tetap berusaha melayani media dengan baik,'' katanya kepada Kompas tahun lalu.

Sebelum bertolak ke China untuk perawatan ia sempat meminta restu, bahkan maaf jika tidak bisa menyampaikan info bencana dengan cepat. "Jika ada kesalahan mohon dimaafkan."

"Kalau ada tentang bencana [di TV], beliau selalu terdepan dalam menyampaikan informasi bencana," ujar Novi Pratama, warga asal Kalimantan Selatan yang juga pengikut Sutopo di jejaring sosial.

Ikuti laporan terkini lainnya di situs ABC Indonesia disini.

Disclaimer: Berita ini merupakan kerja sama Republika.co.id dengan ABC News (Australian Broadcasting Corporation). Hal yang terkait dengan tulisan, foto, grafis, video, dan keseluruhan isi berita menjadi tanggung jawab ABC News (Australian Broadcasting Corporation).
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement